Wansus  

Jurnalis Harus Kembali Idealis

A9amaku Jurnalisme
383 dibaca

1.-Jurnalis-Harus-Kembali-Idealis

teknokra.co : Jurnalisme hadir untuk memberi informasi kepada warga berupa fakta-fakta yang bisa dipertanggungjawabkan agar mereka bisa mengatur hidupnya sendiri.

Syarat untuk memenuhi tujuan mulia itu tentu butuh modal idealisme dari jurnalis atau institusi media itu sendiri. Andreas Harsono, wartawan yang pernah mendapat penghargaan Internasional Nieman Fellowship on Journalism dari Universitas Harvard ini merasa kecewa dengan perkembangan beberapa media di Indonesia. Telah banyak terjadi pergeseran jurnalis banyak yang tak lagi idealis. Pasca Demokrasi, dimana seharusnya tak ada lagi sensor dan pembredelan malah membuat ruang redaksi melemah karena bergerak sesuai dengan perintah konglomerat media sehingga beberapa informasi tak tersampaikan ke masyarakat.

Bagaimana perkembangan media massa di Indonesia saat ini?

Ada, jika dulu sebelum masa demokrasi sering terjadi pembredelan dan penyensoran media oleh pemerintah namun kini tidak. Izin mendirikan pers sangat sulit, penggunaan sumber anonim pun sangat ketat. Namun sekarang pers bebas, akan tetapi setelah pers bebas media di Indonesia malah semakin melemah, mereka tak lagi independen dan bergerak sesuai dengan perintah konglomerat. Media di Indonesia saat ini seperti Humas dan public relation pemerintah, mudah sekali disetel pengusaha atau pemerintah.

Bergerak sesuai perintah konglomerat, maksudnya?

Media di Indonesia saat ini seperti Humas dan public relation pemerintah, mudah sekali disetel pengusaha atau pemerintah. Contohnya Media Palmerah ( Metro TV, SCTV, RCTI, KOMPAS Gramedia, Tempo dan Jawa Pos). Mereka tak lagi independen, tak lagi idealis, lebih mementingkan bisnis dan menyimpang dari kode etik Jurnalistik. Mereka juga melakukan penyensoran internal sehingga informasi yang harusnya utuh hanya sebagian disampaikan bahkan ada yang tak sampai. Pemberitaan mereka pun sensasional, tidak akurat, bersifat sara dan berbau amplop.

Apakah karena gaji kecil sehingga para jurnalis lebih mementingkan bisnis?

Bukan gaji kecil yang membuat para jurnalis bergerak di bisnis atau menerima amplop, namun budaya korupsi memang sudah menjalar ke para jurnalis. Misalnya saja Jurnalis yang memeras perusahaan Krakatau Steel itu bukan jurnalis yang miskin atau gajinya kecil, mereka bahkan dari media-media besar dan terkenal di Indonesia.

Saat ini media di Indonesia cenderung bebas dan kebablasan, apa dampaknya buat khalayak?

Saya kurang setuju dgn istilah ‘bebas dan kebablasan.’ Saya lebih suka dgn istilah keadaan pers sekarang ‘bebas namun sayang, kebanyakan bukan jurnalisme bermutu.’

Dampaknya, masyarakat tidak mendapatkan informasi bermutu guna mengambil sikap dalam hidup mereka. Mengapa? Esensi jurnalisme adalah verifikasi. Bukan spekulasi atau konfirmasi. Jurnalisme yang tidak bermutu adalah jurnalisme yang tidak mendasarkan kerja mereka pada verifikasi. Mereka mengedepankan asumsi, spekulasi dan paling maximal konfirmasi. Dampaknya, ya keputusan- keputusan dalam masyarakat tidak bermutu pula karena supply informasi mereka tidak bermutu.

Apa yang harus dilakukan khalayak jika ada media yang pemberitaannya terlalu bebas?

Mereka harus memberitahu para redaktur media tsb. Tulis surat pembaca. Tulis komentar dalam Comment. Telepon si redaktur dan minta mereka bekerja dgn verifikasi sebagai esensi jurnalisme mereka.

Apakah standar verifikasi sudah benar diterapkan media di Indonesia?

Seharusnya bisa saja. Ini bukan pekerjaan sulit.

Saat ini telah bermunculan new media, apakah new media sudah menerapkan verifikasi?

Tergantung new media mana. Kebanyakan blogger cerita kehidupan pribadi mereka. Twitter juga sering mengacu pada informasi media besar. Namun ada juga yang ngawur. Saya perhatikan ada dua blogger Kompasiana, dalam soal video Ahmadiyah, yang tidak mengandalkan verifikasi. Namun lagi-lagi spekulasi.

Bagaimana tanggapan anda dengan banyaknya media yang menggunakan sumber anonim?

Ini merusak masyarakat karena pembaca, pendengar atau pemirsa tak bisa mengatur derajad kepercayaan mereka terhadap informasi yang disajikan.

Upaya apa yang harus dilakukan wartawan agar dapat menghindari sumber anonim?

Belajar dari tujuh kriteria sumber anonim dari Bill Kovach dan Tom Rosenstiel sehingga mereka tahu bahwa sebelum memberikan status anonim, mereka harus hitung satu demi satu, apakah si sumber memenuhi syarat tujuh buah tsb.

Oleh : Nely Merina

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

four × 1 =