Perankan Juru Parkir Legal dan Illegal, Mahasiswa Seni Tari Unila Tampilkan Seni Koreografi Lingkungan

Adegan pertunjukkan seni Koreografi Lingkungan buah karya prodi Pendidikan Seni Tari Universitas Lampung (Unila) angkatan 2020 di halaman depan Indomaret di Jalan Rusa, Kedaton, Bandar Lampung pada Jumat, (16/6) lalu. Foto : Teknokra/Putra Alam Apriliandi
338 dibaca

Teknokra.co : Rintikan hujan di tengah cuaca yang mendung, disertai gelapnya awan abu menambah suasana pertunjukkan seni Koreografi Lingkungan, buah karya prodi Pendidikan Seni Tari Universitas Lampung (Unila) angkatan 2020 ini menjadi meriah, diikuti antusias para penonton yang memadati halaman depan Indomaret di Jalan Rusa, Kedaton, Bandar Lampung pada Jumat, (16/6) lalu.

Pengendara yang berlalu lalang melintas pun, turut mengalihkan pandangannya ke arah pertunjukkan seni itu.

Berdasarkan pertunjukkan yang ditampilkan, seni koreografi lingkungan yang bertajuk “NegTPost” ini menceritakan profesi juru parkir legal dan juru parkir illegal, yang berada di halaman depan Indomaret tersebut.

Berprofesi sebagai juru parkir legal merupakan profesi yang sangat membanggakan,  yang dapat menempatkan jati dirinya. Mulai dari memasang wajah ramah, sampai melayani dengan baik terhadap setiap pelanggan yang parkir di halaman Indomaret.

Pertunjukkan berjalan sangat damai dengan peran juru parkir legal itu. Tetapi semua kian berubah, semenjak hadirnya juru parkir illegal yang mengacaukan suasana.

Juru parkir illegal itu, menghardik setiap para pelanggan Indomaret yang tidak membayar uang parkir dan mengintimidasi para pelanggan yang parkir di sana. Bahkan, juru parkir legal, diusir oleh juru parkir illegal itu.

Namun hal itu telah berakhir, juru parkir illegal akhirnya ditegur oleh salah satu karyawan Indomaret, untuk tidak membuat onar dan kerusuhan dengan para pelanggan.

Dengan sangat totalitas mendalami peran, pertunjukkan ini membuat para penonton terkagum, bahkan sebagian pengendara yang melintas mengganggap, bahwa pertunjukkan itu ialah kejadian yang nyata.

Makna pertujukkan seni ini dapat dilihat dari segi fenomena sosial, yakni keresahan masyarakat terkait juru parkir. Yang sebenarnya, tidak semua juru parkir lalai atau hilang tanggung jawab, hanya saja oknum tertentu yang membuat timbulnya stigma negatif tentang semua juru parkir yang berada di Indomaret tersebut.

Inti masalah dalam cerita ini, adalah keresahan masyarakat sekitar terhadap kendaraannya yang terparkir di halaman depan Indomaret, lebih lagi Lampung merupakan daerah yang rawan akan pencurian. Padahal, Indomaret telah membebaskan biaya parkir.

Maka dari itu juru parkir legal dihadirkan oleh dinas perhubungan, namun hal itu malah dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab, yakni juru parkir illegal yang tidak memiliki legalitas parkir.

Salah satu adegan cerita unik dalam pertunjukkan ini, ialah seorang influencer terkenal yang mengendarai mobil. Ia tidak ingin membayar parkir pada juru parkir illegal, hal itu lantas membuat sang influencer dan juru parkir illegal tersebut saling menghardik.

Sementara itu, salah satu penonton, Vora Prasilva (Pendidikan Seni Tari’20) mengungkapkan kesannya pada pertunjukkan ini. Menurutnya, pertunjukkan ini unik, serta berbeda dari yang lainnya.

“Sangat bagus ya, dan bisa melihat sesuatu yang berbeda dan ga yang itu itu lagi,” ucapnya.

Salah satu panitia, Sairul Anwar (Pendidikan Seni Tari’19) berbagi cerita terkait persiapan karya Koreografi Lingkungan ini yang memakan waktu 3 bulan.

Dah hampir beberapa bulan ke belakang dan ini kita penggarapan konsep terlebih dahulu,” ungkapnya.

Dirinya juga mengungkapkan, jika setelah penggarapan konsep dan memilih penari, barulah mereka mulai berlatih.

“Sebenarnya sudah digarap mulai awal semester kemarin untuk Koreografi Lingkungan ini,” katanya.

Sairul mengatakan, pertunjukkan seni ini sebagai bentuk pengambilan nilai mata kuliah Koreografi Lingkungan.

Salah satu pemeran juru parkir illegal, Nori (Pendidikan Tari’21) menceritakan dirinya selama persiapan memerankan juru parkir illegal, yang harus diawali dengan survei  dan observasi juru parkir yang berada di Indomaret.

“Tukang parkir negatif ini kan berupaya mengambil uang pembeli dan memaksa,” katanya.

Dirinya juga merasa sangat kesulitan selama memerankan peran juru parkir illegal, yang harus totalitas dalam mendalami peran.

“Sebenarnya susah banget ya, dibilang gampang juga engga. Saya juga harus bisa mendapakan feel nya. Sebenarnya kita wawancara dulu tukang parkir negatif itu gimana baru kita mendalami peran itu,” pungkasnya.

Penulis: Sintia Enola TambunanEditor: Sepbrina LarasatiSumber

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

7 + 5 =