Heri Agus Setiawan: “Semakin Gembel Semakin Bangga”

Retro
337 dibaca
Retro
Retro

“Dulu, cara berpakaian mahasiswa semakin ‘kusut’ semakin ‘gembel’ semakin bangga. Karena kita aktivis kampus,” Umbar Heri Agus Setiawan. Pria yang kini menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tanggamus ini, bernostalgia ke masa kuliah dua puluh satu tahun silam.

Ia begitu bangga pernah menjadi salah satu dari ribuan mahasiswa yang menempa ilmu di Universitas Lampung. Menjadi mahasiswa Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik angkatan 1995, Heri tak ingin menjadi mahasiswa biasa.

Predikat kuliah pulang-kuliah pulang tak masuk dalam kamus hidupnya. Ia memilih untuk aktif berorganisasi dan ‘bergelut’ dengan puluhan manusia dengan latarbelakang beragam. Baginya, mahasiswa yang begitu akrab dengan tumpukan buku, tidak akan berkembang tanpa berinteraksi dengan dunia luar.

“Bagaimana kita memandang sebuah persoalan dan mencari jalan keluar, jika mahasiswa tidak pernah bersikap dewasa masih aja terkungku dalam sarang. Karena tingkat kedewasaan mahasiswa dapat dinilai ketika dia terjun dalam dunia organisasi,” aku Heri saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (30/9).

Seolah tak ingin dibilang ‘jago kandang’ dengan tergabung dalam organisasi Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), Senat Mahasiswa Fakultas, Senat mahasiswa Universitas. Heri memutuskan untuk ‘mengepakkan’ sayap dengan ikut dalam organisasi eksternal, Komisariat Sosial Politik Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Heri berpikiran bahwa dunia yang sebenarnya akan menanti di saat gelar sarjana sudah di tangan. Dengan itu, Heri terus memupuk diri dengan segudang pengalaman organisasi demi mengasah mental ketika berhadapan dengan masyarakat. “Banyak sekali yang kita dapatkan justru dari organisasi. Kita bisa belajar berkomunikasi dan memahami orang lain” ujarnya.

Tetapi, Heri begitu menyayangkan melihat pergerakan mahasiswa yang kini sudah mulai tergeser. “Kita tidak menutup mata, mahasiswa sudah terlena dengan teknologi yang semakin berkembang. Tanpa mereka (red. mahasiswa) sadari teknologi, gaya hidup, dan pengaruh media yang semakin cepat, perlahan akan menjadi ‘racun’ yang dapat mematikan kreativitas mahasiswa,” pungkasnya.

“Meskipun sekarang mahasiswa dikelilingi oleh berbagai macam fasilitas yang memudahkan, jangan melupakan organisasi. Kita harus bisa berorganisasi dan mengorganisir diri sendiri, karena nasib bangsa ada di tangan kita sendiri,” pesannya.

Menjadi seorang aktivis kampus, tak lantas membuat mantan ketua PAC PDI Perjuangan tahun 2006 ini stagnan dalam dunia politik saja. Pasalnya ia juga pernah merambah dalam dunia usaha dengan membentuk usaha rumahan sandal jepit di daerah Kemiling dengan karyawan sebanyak enam orang.

Namun impian untuk menjadi pengusaha harus pupus di tengah perkembangan. Usaha baru yang dirintis tak dapat bertahan dengan segudang persaingan. Besarnya biaya yang tidak sebanding dengan keuntungan, membuat Heri memutuskan untuk menutup usaha rumahan miliknya. “Semua karyawan ‘kan saya ambil dari Tanggamus. Jadi saya harus menanggung semua biaya mereka, dari biaya makannya, biaya kontrakannya, dan masih banyak lagi” ungkapnya.

Gagal menjadi pengusaha, Heri memutuskan profesi baru dengan terjun dalam dunia jurnalistik. Ia menjadi wartawan surat kabar Radar Lampung di tahun 2003. Namun, lagi-lagi ia tak bertahan lama sebagai seorang jurnalis, lantaran naluri organisasi kembali membangkitkan semangat dalam berpolitik. Tak hanya itu saja, Heri memutuskan untuk melepaskan diri dari media, karena adanya peraturan larangan bagi wartawan untuk menjadi pengurus atau anggota partai politik pada saat itu.

Menurutnya, hal yang menarik dari dunia politik adalah politik dapat mengubah sesuatu yang besar. “Kita yang tidak ‘besar’ pun dapat melakukan hal yang besar dengan politik,” ujarnya.

Pilihan itulah yang kini menempatkan Heri menjadi sosok yang begitu berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tanggamus. Heri mengungkapkan saat ini yang menjadi prioritas utama kabupaten Tanggamus adalah perbaikan infrastruktur, salah satunya sarana dan prasarana ke Teluk Kiluan, Kelumbayan, Tanggamus.

Ia tak menampik bahwasanya tempat wisata yang direncanakan untuk menjadi destinasi wisata unggulan Lampung itu, harus banyak dilakukan perbaikan, baik dari sarana dan prasarana serta mindset masyarakat setempat. “Untuk mewujudkan Kiluan menjadi destinasi wisata unggulan, kita membutuhkan kerjasama antara pemerintah kabupaten, pihak swasta dan masyarakat setempat,” ujarnya.

“Kami membutuhkan support dari pemerintah provinsi. Selain itu, Kami juga harus mengubah mindset masyarakat sebagai masyarakat pariwisata. Karena jika wisata ramai, hal itu dapat menjadi income masyarkat juga,” ujarnya mengakhiri.

Laporan: Rika Andriani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 × two =