Bedah Buku “Republikanisme”: Menyelisik Gagasan Terbentuknya Republik Indonesia

408 dibaca

“Begitu banyak perdebatan gagasan Indonesia, tetapi pada akhirnya setelah melalui voting oleh Soekarno ternyata mayoritas pendiri bangsa pada saat itu memilih negara Indonesia berbentuk republik. Sejak itu resmilah kita menggunakan nama republik,” tutur Robertus Robet, penulis buku “Republikanisme” dalam acara bedah buku miliknya yang diadakan oleh Jurusan Ilmu Administrasi Negara pada Senin (24/1).

Menurutnya, dari sumber sejarah yang kita ketahui, belum dijelaskan secara spesifik mengapa indonesia disebut sebagai negara republik, dan apa makna dari “Republik indonesia” itu sendiri.

Yang menarik dalam sejarah adalah perdebatan terkait gagasan Indonesia, ada yang menolak republik karena menginginkan kerajaan. Namun, Moh.Yamin bersikukuh untuk menjadikan indonesia menjadi negara republik sebab dengan alasan dukungan rakyat, kedaulatan rakyat, dan demokrasi. Ide itu pun mendapat banyak dukungan dari pendiri bangsa.

Robertus menuturkan, Lahirnya buku Republikanisme pertama kali pada tahun 2007 merupakan upayanya untuk menyelami latar belakang secara teknis mengapa negara Indonesia memakai kata republik dan ide politik seperti apa yang menjamin demokrasi dan integrasi Indonesia yang saat itu sedang koyak.

 “Itulah yang menjadi pangkal pikiran saya sehingga tercipta buku Republikanisme pertama kali pada tahun 2007 hingga buku yang sekarang dan juga sebagai paham kebebasan, relatif dikenal dari sejarah kita,” tuturnya.

Pemaparannya merujuk pada pendapat Moh. Yamin kala itu bahwa republik akan jauh menjamin kemerdekaan ketimbang negara yang sistemnya kerajaan. Berdasarkan dari buku Republikanisme miliknya, republik adalah pondasi dan hal-hal publik mesti dipisahkan dari hal-hal privat.

“Lagi-lagi persoalan mengapa harus republik? Sama halnya pendapat saya dengan Moh. Yamin bahwasanya republik akan jauh menjamin kemerdekaan. Di lain sisi, buku Republikanisme diambil dari kata respublika, itu artinya Republikanisme untuk menghendaki dan menempatkan dirinya memenuhi kemaslahatan orang banyak,” paparnya.

Penta Peturun, Ketua DPD Ikadin Lampung selaku penanggap diskusi, berpendapat bahwa buku “Republikanisme” milik Robertus Robet berhasil membuat orang yang membacanya disemangati untuk tertarik politik dan hukum, tak hanya itu buku ini juga dikemas sehingga semua orang bisa mencerna dengan mudah.

“Buku ini menyemangati dan mengarahkan saya terkait apa sih Republikanisme. Sampai pada akhirnya saya tertarik politik dan hukum hingga sekarang menjadi praktisi. Dan juga, saya menanggapi republik itu suatu kemuliaan dan identitas negara, tidak sekedar substantif,” ujarnya.

Hal serupa diungkapkan oleh Dodi Faedlulloh Dosen Ilmu Administrasi Negara Unila, menurutnya buku ini memprovokasi kita sebagai akademisi maupun politisi untuk aktif dalam proses kepolitikan, tidak boleh diam-diam saja.

“Yang menarik adalah kita harus bisa mendorong tindakan-tindakan Republikanisme itu demi kepentingan publik. Buku ini berhasil memprovokasi kita lebih aktif lagi dalam proses kepolitikan.” Ungkapnya.

 

Penulis : Shaffa Riyadhul Jannah. M

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

five + seventeen =