Rayakan Galungan Tanpa Penjor

Foto: Repro Internet
325 dibaca
Foto: Repro Internet

teknokra.co: Alunan musik dan suara nyanyian mengiringi para pemangku yang sudah siap untuk memimpin sembahyang umat hindu pada hari raya Galungan.

Pemangku merupakan sebutan untuk pengurus Pura. Satu persatu warga mulai berdatangan memenuhi pura-pusa (pura besar) dengan membawa sesaji yang isinya janur, daun pisang, buah-buahan, bunga, dupa, dan lainnya.

Sembahyangan pun dimulai, para anggota yang membantu pemangku berkeliling mengeliling pura dan menyiram air (pemercikan tirta) keseluruh umat yang akan mengikuti sembahanyangan sebagai arti mensucikan umat yang akan ikut sembahayangan.

Seluruh umat menghidupkan dupa, alunan musik dan lagu pun mulai berhenti. Pemangku yang memimpin mulai memimpin sembahyangan dengan membaca mantra dan diikuti seluruh umat. Menjelang selesai sembahyangan anggota yang membantu pemangku mengambil tirta (air) dari tiga pura yaitu pura pusa, pura penataran, dan pura desa untuk dijadikan satu lalu tirta dipercikan pada seluruh umat sebagai arti agar umat tetap bersih dan tetap bersyukur.

Hari raya Galungan bagi umat Hindu memiliki makna memperingati kemenangan Dharma melawan Andharma. Galungan diperingati setiap 120 hari berdasarkan pawukon, menurut Kiwayan Tantra ketua Paresada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Desa.

Biasanya menjelang satu hari lagi Galungan mereka membuat sesaji dan menghias penjor untuk dipasang di depan rumah sebagai lambang kemenangan. Sebagai Ketua Paresada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Lampung Selatan, Ia mewajibkan memasang penjor kepada seluruh umat Hindu di Lampung Selatan tetapi pengecualian untuk warga yang berada di Desa Napal. Karena mereka sedang berkabung pasca tawuran tanggal 24 Januari 2012.

Penjor adalah lambang gunung yang segala sumber kemakmuran yang diperlukan oleh seluruh makhluk. Gunung sebagai sumber sandang, pangan, dan papan penghasil udara dan air. Penjor juga merupakan lambang kemenangan, tetapi penjor selalu meruduk artinya umat hindu walau sudah menang harus tetap rendah hati.

Laporan: Puji Lestari

Exit mobile version