Opini  

Krisis Pemimpin Visioner

Foto: Repro Internet
320 dibaca
Foto: Repro Internet

teknokra.co: Sebuah organisasi ibarat organ tubuh yang terdiri dari kepala, kaki, tangan dan badan.Sedangkan seorang pemimpin diibaratkan kepalanya.

Bisa dibilang kepala adalah inti pengendali dari hal terkecil hingga terbesar. Begitu juga dengan seorang pemimpin. Ia adalah inti dari organisasi sebagaimana yang dinyatakan Kartini Kartono (2003;12). Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang ingin diraih bergantung pada kepemimpinannya yaitu apakah kepemimpinan tersebut mampu menggerakkan semua sumber daya yang ada secara efektif dan efisien serta terpadu dalam mencapai tujuan organisasi. Berarti masa depan suatu organisasi ditentukan olehkepemimpinan seseorang.

Oleh karena itu sejak awal kemerdekaan masalah kepemimpinan seolah menjadi prioritas. Ia terus dikaji dan diteliti. Karena kepemimpinan adalah hal yang paling sering diamati namun kurang dipahami. Seperti hakikatnya kepemimpinan, ia merupakan bagian kecil dari ilmu pemerintahan dan juga berasal dari ilmu sosial yang bersifat dinamis dan selalu berkembang sesuai dengan perubahan masa dan regenerasi pemimpin. Peranannya teramat besar bukan hanya mengendalikan perekonomian, namun juga politik, hukum, pendidikan, keamanan, kesehatan, kebudayaan, hingga bencana alam.

Indonesia seakan mengalami krisis kepemimpinan. Bisa tergambar dengan hasil riset Edelman Trust Barometer 2013, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan pemimpin bisnis di Indonesia hanya 47%. Persoalan utamanya adalah masalah korupsi dan inkompetensi dari para pemimpin yang menghasilkan kinerja yang buruk.

Akibatnya tingkat golput pemilihan legislatif di tahun 2014 tetap tinggi yakni 24,7% seperti tercatat pada Center for Strategic and International Studies dan Cyrus. Hal ini karena krisis kepemimpinan yang mengakibatkan krisis kepercayaan. Pembangunan menjadi tersendat karena dana tidak sesuai sasaran, banyak jabatan yang tidak sesuai kompetensi karena memakai spoil system. Tingkat kriminalitas yang tinggi, politik dinasti mendominasi pemerintahan, kebijakan pemerintah hanya menguntungkan kroni-kroninya. Kesejahteraan rakyat hanya angin segar untuk dan bumbu politik agar memuluskan rencana para aktor politik untuk mencapai kekuasaan.

Koran tempo (8 Oktober 2013) melansir bahwa kementerian dalam negeri mencatat, sebanyak 309 kepala daerah di tanah air terjerat kasus korupsi. Jumlah tersebut termasuk kasus dugaan suap yang dilakukan oleh Bupati Gunung Mas, HB, terhadap AM, Ketua Mahkamah Konstitusi yang ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Dan yang paling menjadi polemik adalah terkuak kotornya dinasti Atut. Data yang disampaikan kementerian dalam negeri pun tidak jauh berbeda dengan data KPK. Sejak 2004 hingga 2012, lebih dari 175 kepala daerah yang terdiri atas 17 gubernur, 158 bupati dan wali kota menjalani pemeriksaan di lembaga antikorupsi ini. Sebanyak 40 di antaranya sudah diproses penegak hukum dan bahkan sudah mendekam di penjara sebagai koruptor.

Berpijak dari data tersebut menunjukan bahwa Indonesia sedang dilanda krisis kepemimpinan dan keteladanan yang akut sehingga budaya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) mengakar sampai ke bawah. Sehingga dibutuhkan langkah-langkah cepat untuk menyelamatkan bangsa ini agar Indonesia tak hancur seperti VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) runtuh sampai ke akar-akarnya karena korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh para petingginya.

Indonesia seakan menunggu bom waktu namun sebelum itu terjadi mesti ada solusi. Yakni memiliki pemimpin yang visioner. Sebagaimana yang diungkapkan Ronald Heifetz dan Laurie (1998) bahwa kepemimpinan masa depan adalah seorang pemimpin yang adaptif terhadap tantangan, peraturan yang menekan, memperhatikan pemeliharaan disiplin, memberikan kembali kepercayaan kepada karyawan/pegawai, dan menjaga kepemimpinannya.

Kepemimpinan yang baik harus selalu menyiapkan berbagai bentuk solusi untuk memecahkan masalah yang menjadi tantangan di masa depan. Untuk itu diperlukan adaptasi untuk menghadapi perubahan yang ditekankan pada pemanfaatan sumber daya manusia. Maka perlu dikembangkan peraturan – peraturan, kerjasama, nilai-nilai, perilaku badan pendekatan yang baru terhadap pekerjaan. Sehingga gaya-gaya lama akan tumbang dan terciptanya iklim hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin lebih efektif dan terarah. Dengan begitu krisis kepemimpinan visioner bisa teratasi dan masa depan sebuah organisasi pun terkendali.

Oleh : Alvindra (Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung)

Sumber Referensi:

Kartini Kartono. 2003. Pemimpin Dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada

Ronald A. Heifetz. Leadership without easy answers. (Cambridge, MA:Harvard University Press, 1994).

http://koran.tempo.co/konten/2013/10/12/324452/Koruptor-Kepala-Daerah

(diakses tanggal 30 April 2014 pukul 19.30 WIB).

http://beritasore.com/2013/01/31/krisis-kepercayaan-terhadap-pemimpin-bisnis -dan- pemerintahan (Diakes tanggal 1 Mei 2014 pukul 16.36 WIB).

http://www.antaranews.com/pemilu/berita/428571/csis-angka-golput-capai-rekor-terbaru (diakses tanggal 1 Mei 2014 pukul 16.37).

Exit mobile version