teknokra.co – Berbicara mengenai mahasiswa dan Pancasila merupakan sesuatu yang sangat berhubungan. Mahasiswa yang merupakan estafet pergerakan bangsa tentunya harus benar-benar memahami makna yang terkandung dalam Pancasila.
Tidak hanya itu, pengamalan akan nilai-nilai Pancasila pun harus dilakukan setiap hari, lantaran Pancasila merupakan ideologi sebuah negara yang dahulu bernama Nusantara, yakni Indonesia.
Pancasila yang bisa dikatakan sebagai kebudayaan bangsa Indonesia merupakan way of live dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. Tentunya tidak serta-merta Founding Father kita menetapan Pancasila sebagai dasar ideologi negara ini, namun pertimbangan yang matang sangat mereka perhatikan. Berdasarkan kebudayaan bangsa ini, mereka merumuskan Pancasila yang mencakup berbagai keanekaragaman yang ada tanpa mendiskreditkan golongan tertentu.
Sebuah pedoman dalam menjalankan roda kehidupan berbangsa ini sudah sangat tepat diterapkan di Indonesia. Pancasila yang merupakan asupan dari berbagai ideologi besar dunia sudah diolah dengan baik oleh para penggerak bangsa kala itu, komunisme, sosialisme, serta tidak meninggalkan kehidupan beragama yang termaktub dalam sila pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Ideologi-ideologi berpengaruh dunia yang digodog oleg Founding Father kita yang dikolaborasikan dengan kebudayaan Nusantara, sehingga bisa diterima dan sesuai dengan keadaan negara ini.
Selama perjalanan hingga saat ini, Pancasila sudah banyak mengalami berbagai permasalahan yang mengucilkan Pancasila. Gerakan-gerakan separatis sudah banyak berkembang di Indonesia. Seperti beberapa tahun silam muncul Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang menginginkan Provinsi Aceh memisahkan diri dari Republik Indonesia. Dewasa ini muncul gerakan dari belahan Nusantara bagian timur, yakni Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Tidak hanya itu, ada pula gerakan-gerakan separatis yang mengatasnamakan agama sebagai penguat untuk menolak Pancasila. Pemberian label haram pada penghormatan Bendera Merah Putih. Pelarangan mengajarkan lagu-lagu nasional dan daerah yang diganti dengan bangsa asing asal agama tersebut, pelarangan mengenakan batik yang diganti dengan kain putih sebagai simbol kesucian. Bangsa ini telah diserang nilai-nilai perbedaannya, diharamkan keindahannya oleh kelompok separatis-radikal.
Kelompok-kelompok seperti ini tentunya membahayakan eksistensi serta esensi Pancasila. Nilai-nilai Pancasila mulai luntur. Sebuah kemirisan ketika perbedaan dipandang sebagai titik kelemahan dan kekurangan yang harus diperbaiki. Pada hakikatnya perbedaan memang sudah ditakdirkan oleh Tuhan yang Maha Esa, juga merupakan sebuah keindahan yang harus disyukuri bersama. Bayangkan jika Indonesia hanya memiliki satu bahasa, satu warna kulit, satu agama, satu suku, alangkah akan sempit Bangsa yang besar ini.
Hal-hal tersebut harus diantisipasi oleh mahasiswa, sehingga tidak terjerumus dalam jurang yang ingin menenggelamkan keindahan Pancasila. Mahasiswa harus peka dengan gerakan tersebut, lantaran mahasiswa merupakan proyek internalisasi nilai-nilai separatis-radikal. Pilihan menetapkan mahasiswa sebagai objek utama lantaran mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang nantinya akan menjadi pemimpin bangsa, dan pemimpin bangsa akan menjadi policy maker. Sehingga akan mempermudah jalan untuk menggulirkan keagungan Pancasila.
Secara historis, bangsa ini sudah rukun dengan segala perbedaannya, seperti pada zaman Majapahit ketika umat Hindu dan Budha dapat hidup bersama, bahkan memiliki pengelola agama berupa lembaga Dharmaadyaksa yang memiliki tugas mengelola kesejahteraan kedua umat beragama.
Dr. Daisaku Ikeda yang merupakan Presiden Soka Gakkai Internasional pernah mengatakan dalam buku Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaiankaryanya dengan KH. Abdurrahman Wahid, bahwa Indonesia merupakan tempat berbagai agama hidup rukun, karena hakikatnya perdamaian merupakan misi agama.
Sehingga, sebagai mahasiswa kita harus senantiasa paham serta menanamkan nilai-nilai Pancasila, juga menghargai segala bentuk perbedaan. Mahasiswa sebagai Agent of Change harus bisa mengubah keadaan yang saat ini nilai-nilai Pancasila mulai memudar menjadi Pancasila yang memiliki eksistensi tinggi, serta menjadi pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara.
Erzal Syahreza AswirMahasiswa Pendidikan Ekonomi
Aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)