Kampus  

Harus Angkut Kursi plus Pengap

265 dibaca

Ruang Kelas

Unila-Online : Jika terlambat maka jangan harap dapat duduk tenang. Karena harus mengikuti ritual angkat kursi seperti biasanya. Hal itulah yang dilakukan oleh Taufik Siswoyo (Sejarah’10) yang harus mengangkut kursi dari ruang I1 keruang I3. Terkadang ia juga harus menikmati kursi halte atau kursi panjang yang berada di luar kelas. Karena bukan hanya kursinya saja yang tak cukup tapi juga kelasnya yang melebihi kapasitas.

Tak hanya kursi yang bermasalah. Fasilitas lain seperti Air Conditioner (AC), kipas angin, dan Liquid Crystal Display ( LCD) pun tak jauh berbeda keadaannya. Ira Desiyantina (PGSD ’11) mengatakan ia sering merasa kepanasan saat didalam kelas karena AC mati. Ira juga merasa tak kondusif saat belajar karena kondisi ruang kelas yang terlalu padat sehingga harus berebut oksigen dengan temannya.terkadang dosen pun enggan mengajar saat siang hari, dan mengganti jam kuliahnya. “Sangking panasnya ruangan ,dia serasa berada di ruang sauna,” ujar Ira.

Tak hanya di FKIP, FH pun serupa. Fahrur Rozi (Ilmu Hukum 2011) mengeluh saat mengikuti perkuliahan di kelas-kelas besar seperti kelas A1 dan D1. “Daya tampung ruangan kelas pada saat perkuliahan adalah sekitar 130 orang lebih, otomatis kami tidak dapat berpikir dengan baik pada kegiatan, ” keluh Fahrur. Menurutnya, kapasitas yang paling baik untuk kelas besar adalah 60 orang jadi suasana lebih efektif dan komunikatif. Ia pun menyarankan agar fasilitas kelas besar disesuaikan dengan daya tampung. Selain kursi, kelas pun membutuhkan AC agar tidak pengap.

Pardingotan (Hukum Perdata ’09) pun menyarankan agar kegiatan belajar mengajar kondusif maka lebih baik ada pergantian hari kuliah dan kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. “Sehingga satu angkatan tidak ditampung dalam satu kelas karena sangat mengganggu perkuliahan,” ujarnya.

Pembantu Dekan II, Arwin Achmad menerangkan kurangnya kursi yang ada di FKIP sebenarnya merupakan kesalahan dari mahasiswa sendiri. Ia beranggapan banyaknya kursi yang rusak akibat ulah mahasiswa yang tidak bertanggung jawab. “Mahasiswa banyak yang duduk di meja kursi sehingga menyebabkan mejanya patah,” terangnya.

Arwin mengatakan banyaknya jumlah mahasiswa yang mengulang mengakibatkan kurangnya kursi untuk kuliah. Jumlah mahasiswa dalam satu kelas maksimal 50 orang, tapi karena dalam mata kuliah tersebut banyak yang mengulang maka satu kelas melebihi kapasitas. “Terkadang mahasiswa juga sering mengambil kursi dari kelas lain dan tidak dikembalikan lagi itu yang menyebabkan banyak kursi yang kurang,” tambahnya.

Saat ini FKIP telah menganggarkan 600 kursi untuk disebar keseluruh ruangan tapi baru 200 kursi yang sudah direalisasikan dan di tempatkan di gedung G. “Sisanya 400 kursi masih menjadi PR bagi Fakultas. Masalah dana yang menjadi kendala bagi fakultas untuk menambah pasokan kursi. Fakultas tidak bisa begitu saja belanja, tetapi harus dianggarkan 1 tahun sebelumnya dengan waktu dari bulan April- November,” tegas Arwin .

Terkait dengan rusaknya LCD itu dikarenakan pemakaian yang tidak sesuai dengan prosedurnya, seperti setelah pemakaian, LCDlangsung dicabut tanpa adanya pendinginan terlebih dahulu, dan terkadang juga, dosen yang tidak begitu menguasai pemakaian LCDtersebut. Lalu AC yang rusak sebenarnya fakultas telah memberikan service tiap 3 bulan sekali. “Ini lembaga pendidikan yang melibatkan dosen, karyawan dan juga mahasiswa jadi sama-sama menjaga,” tegas Arwin mengakhiri wawancara*

Oleh Tara M A,Yovi L, Trie Utami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

12 + 5 =