Maba Bingung, Spanduk Tolak BEM dan DPM FKIP Warnai PKKMB Unila 2025

Foto : Teknokra/ Andre Sumanto
1,573 dibaca

Teknokra.co : Gelaran demo Unit kegiatan mahasiswa (UKM) Universitas Lampung (Unila) pada Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) hari kedua diwarnai dengan narasi aksi penolakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) Unila terhadap BEM dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang dibentangkan di dalam Gedung Serba Guna (GSG) Unila pada Jumat (15/8), saat sesi penampilan oleh BEM KBM Unila. Hal tersebut memicu kebingungan oleh mahasiswa baru yang mengikuti kegiatan secara offline.

M Rasya Irhamni (Teknik Geologi ’25) selaku mahasiswa baru yang mengikuti rangkaian kegiatan PKKMB hari kedua secara offline merasa kebingungan dengan narasi yang dibentangkan oleh BEM KBM Unila saat penampilan demo UKM.

“Saya kurang paham kenapa BEM U tiba- tiba masang banner terkait permasalahan FKIP itu, karena saya belum tau akar masalahnya. Saya juga bingung kenapa ada tulisan kayak gitu,” katanya.

Kebingungan turut dirasakan oleh Arrum S (Pendidikan Bahasa Inggris ’25) ia merasa tidak mengerti terkait permasalahan yang terjadi terhadap narasi penolakan BEM dan DPM FKIP.

“Saya sebagai maba FKIP cukup kebingungan kak karena saya kurang mengerti tentang apa yang terjadi dengan BEM dan DPM FKIP Unila itu,” ujarnya.

Narasi-narasi yang dibentangkan bertuliskan “Dekanat FKIP Pelanggar PKBM BEM DPM FKIP Anak Haram Konstitusi” dan “BEM DPM FKIP Tidak Diakui KBM”. Menurut Ghraito Arip H, selaku Menteri Koordinasi Hukum, HAM, dan Demokrasi BEM KBM Unila, narasi tersebut tidak ditulis tanpa dasar namun dilatarbelakangi dengan keputusan Badan Arbitase Pemira, dan surat Edaran DPM Unila.

“Narasi penolakan terhadap BEM FKIP bahwa penolakan tersebut bukan tanpa dasar tapi berdasarkan keputusan badan arbitase pemira di keputusan nomor 001/383 tentang pemutusan sengketa pemira FKIP yang kedua bahwa telah dikeluarkan juga surat edaran DPM U di nomor 12 sekitar bulan 6,” ucapnya.

Sedangkan Risky Sanjaya selaku ketua BEM FKIP Unila mengungkapkan bahwa hal tersebut hanyalah masalah tahunan tanpa ujung, ia pun menambahkan bahwa terdapat waktu tertentu untuk berperang dan menjaga nama baik kampus.

“Ga ada masalah apa-apa, biasalah masalah tahunan yang tanpa ujung, yang jelas ga ada statement khusus untuk hal ini, Cuma mau berpesan aja waktu perang itu ada dan waktu untuk menjadi satu untuk kebaikan Fakultas dan Universitas juga ada, dan satu lagi kalo belum siap kalah jangan berperang,” jelasnya.

Menanggapi dinamika tersebut, Rasya kembali menegaskan bahwa yang dilakukan BEM kurang mencontohkan perilaku mahasiswa kepada mahasiswa baru. Ia pun berharap agar konflik segera berakhir dan tidak memberi contoh buruk kepada mahasiswa baru.

“Menurut saya perilaku BEM tersebut kurang pantas sebagai contoh bagi mahasiswa baru itu aja sih. Harapan saya untuk BEM semoga konflik cepet selesai biar tidak ditiru dan tidak jadi ceminan mahasiswa-mahasiswa baru.” pungkasnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

four × 5 =