Diskusi Publik Ikmapal Kupas Tantangan Bonus Demografi 2045

Foto : Teknokra/ Chelsea Ester
113 dibaca

Teknokra.co: Ikatan Mahasiswa Papua Lampung (Ikmapal) menggelar diskusi publik bertajuk “Peran Pendidikan dalam Mempersiapkan Generasi Muda Menghadapi Bonus Demografi Menuju Indonesia Emas 2045” di Aula A Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) pada Jumat, (4/10). Kegiatan ini menghadirkan tiga pemantik yang membahas peran serta tantangan pemuda dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.

Pendidikan menjadi kunci utama untuk membentuk individu yang berkualitas dan berdaya guna. Dalam diskusi tersebut, beberapa mahasiswa Papua menyampaikan kendala yang dihadapi, salah satunya terkait keamanan akibat belum tersedianya asrama Papua di Pulau Sumatera.

Ketua Ikmapal, Deserius Magai (Pendidikan Jasmani ’23) menegaskan bahwa bonus demografi merupakan peluang yang harus dimanfaatkan secara maksimal.

“Bonus demografi bukanlah sekadar angka, melainkan peluang yang harus kita manfaatkan,” ujarnya.

Ia juga mengajak berbagai pihak untuk menyoroti isu tersebut secara serius.

“Kami, Ikatan Mahasiswa Papua Lampung, mengajak seluruh OKP, Cipayung, BEM, pemuda, dan tokoh adat di Lampung untuk menyoroti hal ini dengan serius,” tambahnya.

Sementara itu, Arnoldus Sedik, Ketua Komunitas Mahasiswa Papua Se-Sumatera (KOMPASS), menyoroti ketimpangan pendidikan di Indonesia, khususnya di tanah Papua.

“Kita harus melihat letak ketidakadilan pendidikan di Indonesia, terutama di Papua. Apakah 2045 akan menjadi Indonesia Emas atau justru Papua Cemas?” tegasnya.

Arnoldus juga menyampaikan beberapa tuntutan, di antaranya:

Memberikan insentif menarik bagi guru berkualitas serta menjamin keamanan dan kesejahteraan.

Menghentikan kurikulum yang terlalu Jakarta-sentris dan menyesuaikannya dengan potensi lokal, serta memasukkan sejarah dan budaya Papua sebagai dasar pendidikan.

Menghentikan kegiatan yang mengancam budaya dan eksistensi orang Papua di tanahnya sendiri.

Menjadikan setiap universitas, termasuk Unila, sebagai ruang aman, inklusif, dan suportif bagi seluruh mahasiswa.

Ketua pelaksana, Kristianus Bobbi (Akuntansi ’22), menjelaskan bahwa kegiatan ini dilatarbelakangi oleh kesadaran akan pentingnya peran pemuda dalam menghadapi bonus demografi.

“Kegiatan ini menjadi wadah bagi komunitas mahasiswa untuk mengajak seluruh elemen pemuda agar tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pemeran utama dalam mengawal Indonesia Emas 2045,” ujarnya.

Ia menambahkan, kehadiran senator dan akademisi diperlukan untuk memperkaya perspektif kebijakan dan pengetahuan akademis dalam menghadapi tantangan demografi.

“Acara ini tidak boleh berhenti di sini. Harapannya, apa yang dibahas hari ini dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa dituntut untuk memiliki kualitas, baik dalam pengetahuan akademik maupun nonakademik,” jelasnya.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unila, Sunyono, menyoroti perlunya kebijakan khusus dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM) di Papua, dimulai dari pendidikan dasar.

“Perlu kebijakan khusus untuk percepatan SDM di Papua, terutama di tingkat sekolah dasar. Di desa-desa masih banyak anak yang tidak mengenyam pendidikan dasar karena kekurangan guru, bahkan di Lampung pun masih terjadi hal serupa,” ungkapnya.

Anggota DPD RI Dapil Papua Pegunungan, Arianto Kogoya, menyampaikan bahwa bonus demografi merupakan kesempatan besar menuju Indonesia Emas 2045.

“Bonus demografi adalah kesempatan luar biasa. Indonesia punya mimpi menjadi negara maju dengan sumber daya dan pendidikan yang lebih baik,” ucapnya.

Sementara itu, Meri Herlina, dosen Jurusan Geografi FKIP Unila, menjelaskan bahwa bonus demografi dipengaruhi oleh menurunnya angka kelahiran dan kematian seiring meningkatnya kualitas fasilitas kesehatan.

“Kita sedang berada dalam proses menuju bonus demografi, yang difaktori oleh program KB, penurunan angka kematian, dan meningkatnya angka harapan hidup,” jelasnya.

Ia menekankan pentingnya mahasiswa Papua penerima beasiswa untuk kembali membangun daerah asalnya.

“Jangan sampai Papua kehilangan tenaga ahlinya. Mahasiswa yang mendapat beasiswa diharapkan kembali untuk memajukan Papua, karena itulah jawaban dari persoalan SDM,” tambahnya.

Ketua DPD KNPI Provinsi Lampung, Iqbal Ardiansyah, menekankan bahwa Indonesia 2045 membutuhkan generasi yang kreatif dan inovatif, serta mampu menjaga persatuan.

“Tahun 2045 kita membutuhkan sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif. Namun, kemajuan teknologi dan arus budaya asing bisa menjadi ancaman. Karena itu, merawat persatuan menjadi langkah awal menuju Indonesia Emas 2045,” tutupnya.

Penulis: Aulia R.A.Editor: Della Amelia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

two + six =