Pertama Kali, Himadipus Adakan Kegiatan Festival Literasi Nasional

307 dibaca

teknokra.com: Himadipus (Himpunan Mahasiswa Diploma Perpustakaan) FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Universitas Lampung adakan Webinar Nasional, Sabtu (26/06). Webinar ini merupakan salah satu bagian dari acara Festival Literasi Nasional, yang diikuti oleh 106 peserta dari Perguruan Tinggi di Indonesia.

 Webinar ini mendiskusikan sebuah buku yang diterbitkan oleh Perpustakaan Negara Republik Indonesia yang berjudul “Inspirasi Literasi Menyalakan Asa Lewat Perpustakaan Desa”. Buku tersebut merupakan hasil karya dari dua sosok dalam dunia literasi dan perpustakaan yakni Edi Damyati dan Muhammad Irsyad Alfatih.

“Buku ini adalah bagian dari fungsi perpustakaan nasional menjalankan fungsi pembinaan semua jenis perpustakaan,” ucap Muhammad Irsyad Alfatih selaku narasumber.

Ia menyampaikan kewenangan perpustakaan nasional yaitu menetapkan kebijakan nasional dalam pembinaan dan pengembangan semua jenis perpustakaan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; mengatur, mengawasi, dan mengevaluasi penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Buku ini merupakan site project saya pada saat sedang ditugaskan menangani kegiatan perpustakaan nasional, kebetulan itu juga salah satu transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, tujuannya untuk mendesain perpustakaan dapat memanfaatkan masyarakat seoptimal mungkin dan seefektif mungkin untuk menjadi ruang berbagi pengalaman, ruang belajar kontekstual, dan ruang keterampilan kerja,”  ujarnya.

Lebih lanjut ia juga memaparkan mengenai tokoh pada buku tersebut. Tokoh pertama mempresentasikan Perpusnas (Perpustakaan Nasional) dan tokoh kedua mempresentasikan sebagai masyarakat.

“Alurnya kami pilih progresif saja karena intinya menceritakan bagaimana perjuangan tokoh yang mewakili masyarakat dalam membangun sebuah perpustakaan desa, mulai dari kondisi awalnya hanya pojok di balai desa, dari situ berusaha dikembangkan lagi dengan memberdayakan sumber daya yang relevan dan terbukti bisa,” paparnya.

Meskipun merupakan cerita fiksi dengan alur yang sederhana, Ia berharap  pesan dan praktik baik yang ada dalam buku tersebut bisa dipahami dan menjadi pedoman bagi orang-orang yang ingin melakukan hal yang sama.

“Latarnya berada di daerah Riau, alasannya adalah karena progresnya paling progresif. Lalu mengapa perpustakaan desa, karena kami menyadari perpustakaan desa itu sebagai garda terdepan perpustakaan umum yang paling dekat dengan masyarakat dan disana lebih membutuhkan hal-hal yang bersifat praktis, sederhana, mudah disampaikan, dan mudah diterapkan,” jelasnya.

Penulis : Mita Nurfadilah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

fourteen − 1 =