Teknokra.co : Proses pemungutan suara Pemilihan Raya (Pemira) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) berlangsung ricuh di Nuwo FKIP, pada Senin (23/12). Ketidakefisienan antrean dan kurangnya profesionalisme panitia dalam mengelola waktu dan alur antrean menjadi pemicu utama. Kericuhan terjadi karena barisan antrean tidak kondusif, sehingga memunculkan protes dari mahasiswa.
Pemungutan suara dimulai pukul 08.00 WIB dengan empat titik pengecekan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Namun, antrean mulai kacau menjelang siang, dan suasana semakin tidak terkendali.
M. Rafi Barry Wallidain (PGSD’23) mengungkapkan kekecewaan atas proses pemungutan suara. Ia mengaku telah antre selama lima jam namun belum mendapatkan kesempatan mencoblos.
“Kami berangkat dari PGSD Metro jam 7 pagi dan sampai di lokasi jam 9. Tapi sudah nunggu lima jam lebih,” keluh Rafi.
Rafi juga menyoroti kinerja panitia yang dinilai kurang efisien, terutama dalam pengecekan.
“Sistem antrean masih kurang baik karena banyak peserta yang menunggu lama. Panitia juga kurang efisien dalam proses pengecekan,” tambahnya.
Menurutnya, kericuhan yang terjadi merupakan kesalahan bersama antara panitia dan mahasiswa peserta Pemira.
“Ini bukan salah satu pihak saja, tapi keduanya. Sistem dari panitia belum sempurna, dan peserta juga tidak kondusif,” jelasnya.
Rafi berharap panitia Pemira di masa mendatang bisa lebih baik.
“Semoga BEM Unila dan organisasi lain bisa lebih ketat dalam seleksi panitia. Panra ke depan harus lebih baik agar kejadian seperti ini tidak terulang,” harapnya.
Hal senada disampaikan Elsinta (Pendidikan Bahasa Lampung’24). Ia menilai kericuhan disebabkan oleh mahasiswa yang mencoba mencoblos lebih dari sekali.
“Keributan terjadi di antrean depan pintu masuk. Ada mahasiswa yang sudah mencoblos, tetapi ingin mencoblos lagi, sehingga terjadi dorong-dorongan,” ungkapnya.
Ketua pelaksana Pemira Universitas, Dimas Prasetio (Hukum Administrasi Negara’21), menyebut kericuhan tersebut sebagai dinamika yang wajar dalam semangat demokrasi mahasiswa.
“Kendala ini masih wajar karena semangat mahasiswa dalam demokrasi. Kami tetap bisa melanjutkan Pemira,” katanya.
Ia menegaskan bahwa panitia telah bekerja maksimal, termasuk berkoordinasi dengan PLT WR III dan Satuan Keamanan Unila untuk mengatasi kericuhan.
“Koordinasi dengan pihak Rektorat dan keamanan sudah kami lakukan. Harapan kami, mahasiswa lebih kondusif agar Pemira dapat berjalan lancar,” tutupnya.