Dampak Corona Virus (Covid 19) Terhadap Kebijakan Trading Hald dan Trading Suspend: Market Reaction

414 dibaca
Sumber: OECD Economic Ooutlook (Maret 2020)

teknokra.co: Pelemahan pertumbuhan perekonomian global menyebabkan banyak sekali dampak bagi perekomian di Indonesia, baik dari sisi perdagangan, investasi dan pariwisata. Sehingga mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi semakin melambat dikarenakan penyebaran Covid-19 di 154 Negara.

China sebagai negara terparah dengan peringkat tertinggi terdampak virus corona mempunyai peranan yang sangat tinggi terhadap laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Laju penurunan berdampak sistemik terhadap perekonomian Indonesia. Diasusmsikan “bahwa setiap penurunan 1% perekonomian china akan menyebabkan penurunan perekonomian Indonesia 0,3% hingga 0,6%. Hal ini dikarenakan China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia dan bisa membayangkan bahwa wabah pandemi ini akan perdampak sepanjang kuartal I 2020, dimana seluruh bahan baku dari China terutama bahan baku plastik, bahan baku tekstil, part elektronik, komputer, dan furnitur. Adanya virus corona yang terjadi di China menyebabkan perdagangan memburuk. Hal tersebut sangatlah berpengaruh pada perdagangan dunia termasuk di Indonesia. Penurunan permintaan bahan mentah dari China seperti batu bara dan kelapa sawit akan mengganggu sektor ekspor di indonesia yang dapat menyebabkan turunnya harga komoditas barang tambang.

Penerimaan pajak sektor perdagangan juga mengalami penurunan dikarenakan berkurangnya ekspor Indonesia, padahal perdagangan memiliki kontribusi kedua terbesar terhadap penerimaan pajak. Pada sektor ekspor migas dan non-migas mengalami penurunan yang menyebabkan karena China merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia. China adalah mitra perdagangan terbesar Indonesia di tahun 2019 dengan nilai ekspor non-migas sebanyak US$ 25,8 Miliar (16,7%) dan Impor non-migas sebesar US$ 44,6 Miliar(30%). Penyebaran virus corona mengakibatkan penurunan produksi di China, padahal China merupakan pusat produksi barang dunia. Apabila china mengalami penurunan produksi maka secara sistemik akan berpengaruh terhadap “global supply chain” akan terganggu dan akan mengganggu proses produksi yang membutuhkan barang dari China.

Virus corona akan sangat berdampak pada sektor investasi. Hal ini menginterpretasikan bahwa masyarakat akan lebih berhati-hati saat berinvestasi dan apabila kebijakan tidak sesuai dengan keinginan pasar, maka akan menimbulkan “panic buying” oleh para investor. Sehingga penurunan aliran modal yang masuk ke Indonesia dalam bentuk portofolio seperti krisis dunia pada tahun 2008 dan paper tantrum di tahun 2013 menjadi salah satu buktinya. Penanaman modal asing yang dilakukan China yakni terbesar ke-2 pada 2019 yang berada pada nilai 4,7 Miliar US$ atau sekitar Rp. 64,4 Trilliun.

Sektor Pariwisata sangat terdampak akibat pandemik corona virus selama tahun 2020. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa wisatawan asal China mencapai 2,07 juta wisatawan pada tahun 2019 yang mencakup 12,8 persen dari total wisatawan mancanegara di sepanjang tahun 2019. Pandemik corona virus menyebabkan penurunan wisatawan mancanegara ke Indonesia turun 7,62 persen pada Januari 2020 yakni sebesar 1,27 juta lebih rendah dari Desember 2019 sebesar 1,37 juta kunjungan. Sektor-sektor penunjang pariwisata seperti hotel, restoran maupun pengusaha retail akan terpengaruh dengan adanya pandemik corona virus. Sebanyak 40 persen yang berdampak pada kelangsungan bisnis hotel. Sepinya wisatawan akan berdampak juga pada restoran atau rumah makan di daerah yang sebagian besar konsumennya adalah wisatawan. Melemahnya pariwisata juga berdampak pada industri retail. BPS menunjukkan adapun daerah yang sektor retailnya paling terdampak adalah Manado, Bali, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Medan dan daerah Jabodetabek.

Opini: Dicky Ramadhan Hidayatullah

Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

Exit mobile version