Debat Kandidat Pemira 2016

Foto: Fitria Wulandari
233 dibaca
Foto: Fitria Wulandari
Foto: Fitria Wulandari

teknokra.co: Pelaksanaan Pemilihan Raya (Pemira) yang dijadwalkan Rabu (30/3), tinggal menghitung jam. Persaingan antar kedua pasangan calon semakin ketat. Baik pasangan calon nomor satu, Ahmad Nur Hidayat (FH ’12) dan Salma Faizah Ammatullah (FKIP ’13), maupun pasangan nomor dua, Ahmad Naufal A. Caya (FISIP ’14) dan Baidowi (FKIP ’12) semakin mempersiapkan diri. Pengetahuan mahasiswa mengenai calon presiden dan wakil presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) menjadi bagian penting dalam menentukan pilihan. Debat kandidat yang telah diselenggarakan Panitia Khusus (Pansus) Pemira Senin lalu (28/3), tidak sepenuhnya dapat diikuti oleh mahasiswa Unila.

Untuk itu kami UKPM Teknokra mencoba menyajikan kembali uraian ringkasan debat yang mengusung tema “Memperkokoh Legitimasi Konstitusi BEM U KBM Unila menuju Unila Emas 2025” tersebut. Berikut uraiannya:

Segmen 1. Pertanyaan Kepada Calon Presiden

Budi Kurniawan, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) menayakan tanggapan kandidat atas tiga pertanyaan, yakni mengenai isu BEM sebagai akronim dari Badan Event Organizer Mahasiswa, mengenai pembangunan yang tidak kunjung selesai sedangkan mahasiswa membayar UKT, dan mengenai cara mengangkat isu Lampung menjadi perhatian pemerintah.

Naufal menjawab bahwa BEM adalah penyambung lidah mahasiswa ke birokrat, bukan hanya penyelenggara kegiatan. Ia akan membuktikan dengan melakukan banyak diskusi dan kajian, kemudian akan diajukan ke Rektorat. “Kalau uang mahasiswa diselewengkan kita akan gruduk rektorat. Tapi sebelumnya kita akan cari bukti, kita akan buat tim investigasi dulu,” ujarnya mengakhiri.

Sedangkan Ahmad menjawab bahwa BEM nantinya akan mengangkat isu lokal dan membuatnya menjadi isu nasional dengan berkomunikasi dengan BEM Seluruh Indonesia (SI) dan BEM Nusantara. Jika terjadi penyelewengan, Ahmad tegas mengatakan akan melakukan aksi, “Kita bongkar. Ini adalah lembaga pendidikan bukan ranah politik untuk korupsi. Kita siap menurunkan birokrat,” ujarnya.

Bambang Irawan (Adm. Bisnis’12), Presiden BEM periode 2015/2016 menanyakan bagaimana kandidat membuat grand desain  gerakan mahasiswa yang menarik dan program unggulan tiap calon.

Ahmad mengatakan tidak hanya akan aksi, tapi juga akan memberikan solusi yang diturunkan menjadi grand desain. Program unggulannya yaitu mengangkat prestasi mahasiswa untuk menanggulangi masalah di masyarakat, misalnya inovasi powerbank milik mahasiswa teknik untuk membantu ketika mati lampu.

Sedangkan Naufal mengatakan gerakan mahasiswa terkendala mahasiswa yang bersikap apatis. Jadi ia akan mengomunikasikan dengan mahasiswa terutama aktivis Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Program unggulannya yaitu Program Beasiswa Peduli Mahasiswa Unila (PBPMU) bagi mahasiswa yang memiliki potensi akademik dan dari keluarga prsejahtera. Serta program Gerakan Seribu Wirausaha (GABUWIRA) bekerjasama dengan Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Karir dan Kewirausahaan (UPTPKK).

Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Unila (DPM U), Deka Nanda Prakoso (FH ’12) bertanya mengenai sejauh mana kandidat mengetahui legitimasi konstitusi 2016.

Naufal mengaku baru mengetahui konstitusi yang berlaku di Unila dan berharap agar tidak sering melakukan amandemen. “Kalau saya jadi presiden, saya akan masukkan konstitusi ini ke buku panduan akademik,” ujarnya.

Menurut Ahmad, konstitusi adalah aturan yang harus ditaati. Orang yang tidak mengetahui kostitusi ada dua macam, yaitu bodoh dan sombong.

 

Segmen 2. Pertanyaan Kepada Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden

Peserta diberikan kesempatan untuk bertanya kepada dua pasang calon. Gubernur BEM FT, Abdussalam Ahmad (FT ’12) yang menilai visi dan misi kedua kandidat terlampau hebat hingga terlihat mustahil dapat diwujudkan. Ia menanyakan keyakinan calon terhadap visi misi dan alasan pencalonan diri mereka.

Naufal meyakini segala hal dapat terjadi termasuk visi misinya apabila dapat menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholder dan seluruh mahasiswa. Ia mengatakan sejak semester satu ingin berkontribusi aktif membangun Unila, “Saya lahir dan besar dari keluarga Unila dan hidup mati saya juga untuk Unila,” ujarnya.

Salma mengatakan ingin bermanfaat bagi orang lain. Ia juga mengatakan visi misinya dibuat dalam keadaan sadar bukan seenaknya dan sesuai dengan undang-undang. Jadi ia sangat yakin dengan itu. Ahmad menambahkan, visi misinya tidak akan sukses tanpa kolaborasi hebat dengan seluruh elemen yang ada.

 

Segmen 3. Pertanyaan Antar Calon presiden dan Wakil Presiden

Setelah sesi tanya jawab, acara dilanjutkan dengan kedua pasang calon yang saling melempar pertanyaan. Naufal membuka sesi ini dengan mempertanyakan ketidak hadiran Ahmad dan Salma pada deklarasi damai dan pengambilan nomor urut.

Ahmad merasa tidak harus menghadiri rangkaian tersebut lantaran tidak diatur dalam konstitusi. Ia mengatakan sedang menyusun program dengan tim suksesnya, Sahabat Nusa. Namun, Naufal merasa rangkaian tersebut sudah merupakan adat dan kebiasaan di Indonesia, “Walikota, gubernur, bahkan presiden itu mengambil nomor urutnya sendiri, kenapa kita yang mahasiswa tidak mengikuti,” ujarnya. Ahmad tetap beranggapan pihaknya melihat konstitusi yang berlaku.

Ahmad melanjutkan sesi dengan menanyakan tanggapan Naufal terhadap seorang calon presiden yang tidak mengetahui konstitusi dan apa saja yang sudah dikontribusikan calon nomor dua kepada Unila.

Naufal menjawab bahwa berkontribusi tidak hanya dengan cara berada di UKM, “Saya menjaga nama baik Unila sebagai staf di Humas Unila, itu adalah bukti kontribusi aktif saya,” ujarnya. Ia juga merasa masih ingin belajar, nantinya ia akan berusaha agar konstitusi itu dapat masuk dalam panduan akademik. Ahmad beranggapan bahwa sebagai presiden nantinya harus membangun good governance jadi, amat penting untuk mengetahui konstitusi yang ada, undang-undang, kewenangan dan lainnya. “Kalau sekarang masih belajar bagaimana nasib BEM kedepannya?,” ujarnya. Naufal kembali menyanggah dengan mengatakan BEM memang sebuah miniatur negara, namun bukan berarti benar-benar sebuah negara. “Saya bukannya tidak paham, saya tahu karena saya juga belajar controlling dan lainnya di FISIP,” imbuhnya.

Terkait program kerja, Salma menanyakan cara menjalankan program komrehensif akademik calon nomor dua yang akan bersinergi dengan lembaga kemahasiswaan di unila.

Naufal berkata akan menjunjung tridharma perguruan tinggi dan bekerjasama dengan UKM dan LK agar unila semakin baik.

Sedangkan pihak nomor dua menanyakan bagaimana langkah ahmad dan salma dalam mendukung dan memfasilitasi mahasiswa yang berorientasi pada hak paten dan HAKI.

Sesuai tri dharma perguruan tinggi, Ahmad mengatakan akan mengimplemetasikan kegiatan dan kajian, “Setelah kajian kita akan action dan action,” ujarnya.

 

Laporan: Faiza Ukhti Annisa

Editor: Wawan Taryanto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ten − 3 =