Diskusi Buku Sastra: Ari Pahala Hutabarat Terbitkan Buku

Foto : Teknokra/ Yolanda Ria Kartika
72 dibaca

Teknokra.co : “Aku menulis surat cinta agar seperti puisi menjadikan yang asing bisa ku tangisi,” salah satu bait puisi dalam buku sastra bertajuk “Hari-hari Bahagia #1” karya sastrawan Lampung, Ari Pahala Hutabarat. Buku terbitan Lampung Literature ini dibedah dalam diskusi yang berlangsung di Aula Gedung C Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila), Rabu (1/10). Kegiatan tersebut berkolaborasi dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKM-F) Kelompok Studi Seni (KSS) Unila dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Bahasa dan Sastra (PBS) FKIP Unila.

Ari menjelaskan buku tersebut merupakan perjalanan yang mengarah kepada manusia modern dalam mencari jati diri melalui perasaan, ambisi, dan sekaligus pengalaman pribadi yang dituangkan menjadi pokok bahasa dalam buku ini.

“Kerinduan-kerinduan spiritual dan keterasingan, rasa keterasingan manusia modern di tengah lingkungan yang semakin banal,”jelasnya.

Ia juga menambahkan jika buku ini semacam satir yang menjadi sumber inspirasi dalam pembuatan judul buku tersebut.

“Jadi itu jadi semacam satir ya, sindiran, sesuatu yang sifatnya ironik,” tambahnya.

Munaris salah satu pembicara dalam diskusi buku tersebut berpendapat bahwa puisi bisa dimaknai dari berbagai sudut baik dari sisi kebahasaan yang disambung ataupun disampaikan oleh penyair.

“Puisi itu bisa dimaknai darimanapun dan dari berbagai sudut manapun. Mau dimaknai dari sisi kebahasaan silahkan,” katanya.

Salah satu sastrawan Lampung, Iswadi Pratama menyebutkan puisi itu bagaikan balairung yang dimana sebelum masuk harus takar-menakar apakah saya mampu masuk ke balairung tersebut

“Saya selalu merasa bahwa saya tidak pernah menjadi orang yang masif dan mahir, dan karena itu saya mempersiapkan diri sebaik-baiknya pengetahuan saya. Karena buat saya puisi seperti balairung dan sebelum memasukinya saya harus menakar-nakar apakah saya mampu masuk ke balairung itu.” sebutnya

Nabila dianansari (Pendidikan bahasa lampung ‘23) menjadi salah satu peserta berharap dapat mencintai sastra dan mampu mengekspresikannya.

“Harapannya saya bisa mencintai sastra karena sastra itu bukan hal yang mudah dan harapan untuk teman-teman bisa mengekspresikan dirinya di dalam sastra dari kita mencintai sastra bisa menuangkan isi pikiran kita dan mungkin bisa mengekspresikan kebahagiaannya dalam bentuk sastra,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 × 4 =