Harvest Unila Adakan Diseminasi Riset Mahasiswa Lintas Disiplin Bidang Lingkungan dan Pangan

Foto : Teknokra/ Naura Dhiya
93 dibaca

Teknokra.co : Higher Education Leadership on Agricultural and Food Rights for Environmental Sustainability (Harvest) bekerjasama dengan Universitas Lampung (Unila) mengadakan Diseminasi Riset Mahasiswa Lintas Disiplin pada kegiatan Sustainability Awareness Day yang bertajuk “Sustainable Futures: Kolaborasi untuk Pertanian dan Pangan Berkelanjutan”. Kegiatan ini berlangsung di lantai 2 Gedung H Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unila pada Selasa, (27/05).

Unila terpilih sebagai salah satu anggota dari konsorsium universitas di Asia Tenggara dan Eropa untuk melaksanakan program Harvest, Kegiatan ini bertujuan untuk membangun pusat inovasi mahasiswa dan mendukung transformasi sistem pertanian dan pangan di Asia Tenggara menuju praktik yang lebih ramah lingkungan.

Dodi Faedulloh selaku dosen FISIP Unila mengungkapkan latar belakang dilakukannya kegiatan ini. Ia mengungkapkan kegiatan ini dilakukan untuk memberikan pelatihan kepada mahasiswa bahwa riset dan kajian tidak selalu berbentuk tugas akhir (skripsi).

“Kegiatan ini dilakukan untuk membiasakan bahwa membawa riset dan kajian itu tidak melulu berbentuk tugas akhir mahasiswa,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia juga mengungkapkan harapannya agar riset tidak mono disiplin dan dapat berbagi sudut pandang dengan mitra-mitra lain.

“Karena ini kolaborasi ya, jadi harapannya riset-risetnya tidak mono disiplin, dan kedepannya dapat berbagi patokan dengan mitra-mitra lainnya, tidak hanya dengan orang-orang kampus,” jelasnya.

Agil Mulyani (Hubungan Internasional ’21) sebagai salah satu mahasiswa yang ikut dalam diskusi Diseminasi riset mahasiswa mempresentasikan hasil penelitiannya yang berjudul “Global Value Chain Adidas dalam Perspektif Lingkungan”. Ia menjelaskan bahwa Vietnam adalah tujuan perusahaan Adidas dalam memproduksi sepatu dan Vietnam mempunyai undang-undang mengenai penggunaan bahan-bahan produksi yang ramah lingkungan.

“Negara Vietnam adalah tujuan dari perusahaan Adidas dalam membuat dan memproduksi sepatu Adidas. Vietnam sendiri mempunyai undang-undang yang membahas mengenai produk-produk yang harus digunakan dalam memproduksi sepatu dan lainnya menggunakan bahan alami ramah lingkungan,” jelasnya.

Laini Nabila (Sosiologi ’20) yang juga ikut dalam diskusi ini dan mempresentasikan hasil penelitiannya berjudul “Kerja Perempuan dan Ketahanan Pangan: Pengalaman dari Desa” menjelaskan bahwa terjadi perbedaan pemberian upah terhadap laki-laki dan perempuan pada jenis dan jam kerja yang sama.

“Terjadi perbedaan upah terhadap laki-laki dan perempuan pada jenis dan jam kerja yang sama. Padahal tenaga yang dikeluarkan sama-sama besar,” jelasnya.

Ia juga menambahkan keterjangkauan pangan terhadap akses fisik kurang memadai sehingga berpengaruh pada akses ekonomi dan sosial, serta akses pangan masyarakat terbantu melalui perewangan yang terdapat di desa tersebut.

“Keterjangkauan pangan terhadap akses fisik kurang memadai yang berpengaruh terhadap akses ekonomi dan sosial. Tetapi masyarakat masih cukup membantu untuk menambah akses pangan mereka melalui perewangan yang masih cukup kental di desa tersebut,” tambahnya.

Fitri Anantatia (Agronomi ’21) dalam presentasi penelitiannya yang berjudul “Eco Enzyme dan Ekstrak Limbah Udang sebagai Nutrisi Jagung Manis Organik” menjelaskan bahwa permintaan jagung manis yang terus meningkat menjadi permasalahan yang terjadi di Indonesia.

“Terdapat permasalahan di Indonesia yaitu permintaan jagung manis yang terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan produksi jagung manis,” jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa upaya itu dapat dilakukan melalui pupuk organik cair limbah udang untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia.

“Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui limbah udang. Adapun upaya untuk memanfaatkan limbah udang sendiri adalah dengan melakukan pembuatan pupuk organik cair yang dapat digunakan untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia,” tambahnya.

Terakhir, Ni Luh Dewi Puspita Sari (Agronomi ’21) dalam presentasi penelitiannya yang berjudul “Pemanfaatan Ekstrak Eco Enzyme pada Budidaya Jagung Manis” juga menjelaskan proses pembuatan eco-enzyme memakan waktu 3 bulan, dan tidak boleh terpapar cahaya matahari dalam proses fermentasi nya.

“Proses pembuatan eco-enzyme memakan kurang lebih 3 bulan, dalam proses fermentasi nya tidak boleh terpapar cahaya matahari,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

four × 1 =