Teknokra.co : Tragedi wafatnya Almarhum Pratama Wijaya (Bisnis Digital ’24) yang diduga mengalami kekerasan saat mengikuti kegiatan organisasi Mahasiswa Ekonomi Pecinta Lingkungan (Mahepel) mulai menemukan titik terang. Ibu korban melapor ke Polda Lampung pada Selasa (3/6).
Berdasarkan pernyataan Wirna Wani, ibu dari Pratama, ia membenarkan adanya dugaan tindak kekerasan yang dialami anaknya berdasarkan cerita yang disampaikan semasa hidup.
“Dia sempat cerita, dada ditendang, perut ditendang, diinjak-injak. Itu ceritanya. Sampai kukunya copot, lepas. Saya kasih betadine malamnya, itu sebelah kiri,” ujarnya.
Wirna mengungkapkan, Pratama tidak hanya mengalami kekerasan fisik, tetapi juga mendapat ancaman. Namun, saat ditanya siapa pelakunya, Pratama tidak pernah menjawab.
“Dia cerita, ‘Mamah, nyawa aku ini diancam. Rumah kita jauh, nanti aku diincar. Mamah, aku mau dibunuh,’ katanya begitu,” ungkapnya.
Terkait kabar yang beredar bahwa Pratama memiliki tumor otak sebelum kejadian, hal itu dibantah oleh sang ibu. Ia menyatakan bahwa anaknya tidak memiliki riwayat penyakit serius sejak kecil.
“Alhamdulillah, dia dari kecil enggak pernah sakit aneh-aneh, cuma sebatas batuk pilek. Enggak pernah dia itu tumor dari kecil, enggak ada yang seperti itu,” jelasnya.
Wirna menegaskan bahwa kasus ini harus diusut secara tuntas dan pelaku yang terbukti bersalah harus dihukum seberat-beratnya.
“Usut secara tuntas, hukum seberat-beratnya. Itu maunya saya,” tegasnya.
Dalam konferensi pers yang digelar Mahepel pada Selasa (3/6), Bangkit selaku kuasa hukum Mahepel menyampaikan bahwa keterangan yang disampaikan pihaknya tidak bertujuan untuk melawan pernyataan keluarga korban.
“Keterangan kami ini sama sekali tidak ada tujuan untuk berlawanan dengan orang tua Pratama. Kami sangat berduka, dan ke depannya kami menunggu panggilan dari kepolisian serta berharap dapat duduk bersama orang tuanya,” pungkasnya.