Acara Konsolidasi kedua yang diadakan oleh Aliansi Mahasiswa Universitas Lampung (Unila) berakhir dengan adanya kericuhan. Tetapi kericuhan tersebut diduga bukan dari peserta konsolidasi yang dilaksanakan di lapangan Gedung Rektorat pada Rabu (24/8) pukul 16.00 WIB.
Adapun mengenai dugaan tersebut, dikonfirmasi juga oleh Juru Bicara Aliansi Mahasiswa Unila, Ikhsan Habibi (Matematika’19). Ia mengatakan bahwa terdapat oknum yang memulai keributan tersebut.
“Pada saat pembahasan teknis lapangan ada oknum yang memantik kericuhan yang terjadi. Maka saya nyatakan itu bukan dari Aliansi Mahasiswa Universitas Lampung,” ungkapnya.
Menurutnya, konsolidasi tersebut berjalan dengan lancar meskipun terdapat perbedaan pendapat.
“pihak konsolidasi awal tetap berjalan lancar dan baik mungkin dalam berdiskusi atau bertukar pikiran itu mungkin ada suatu perbedaan pendapat, tapi tetap udah disampaikan habis maghrib itu udah sepakat nih teman-teman tuntutannya, karna mungkin ada oknum yang memantik kericuhan. Nah itu mungkin terpancing,” katanya.
Konsolidasi tersebut pun menghasilkan kesepakatan setelah waktu isya. Namun, hal itu menjadi permulaan keributan yang dilakukan oleh suatu oknum.
“setelah isya kita sudah tanyakan forum apakah disepakati, sepakat. Dan kita lanjut ke pembahasan teknis, yaudah pas pembahasan teknis ada oknum yang memancing keributan. Nah kita belum jelas gimana siapanya kita belum tau,” jelas Ikhsan.
Ia juga menegaskan bahwa oknum yang memancing kericuhan tersebut bukan dari Aliansi Mahasiswa Unila.
Tidak disangka kericuhan berlanjut hingga membawa massa yang lebih ramai dan memasuki Graha Mahasiswa Unila.
Kericuhan pun dapat diredam dengan bantuan dari Satuan Pengamanan (SATPAM) Unila. Tak sampai disitu berita simpang siur pun tersebar tentang kerusakan fasilitas Graha Mahasiswa Unila. Namun juru bicara Aliansi Mahasiswa Unila itu mengatakan bahwa tidak ada kerusakan sama sekali.
“nggak ada sama sekali yang rusak mungkin agak diperlebih-lebihkan saja,” tuturnya.
Ikhsan juga menyampaikan permohonan maaf beserta harapan selanjutnya dari Aliansi Mahasiswa Unila
“yang pertama pasti aliansi menyatakan permohonan maaf kalo ada kesalahan dan kericuhan itu kami pastikan itu bukan dari Aliansi Mahasiswa Universitas Lampung dan dengan sikap itu dengan isu-isu yang berterbangan kami pastikan dan kami dengan tegas kami katakan bahwa itu bukan Aliansi Mahasiswa Universitas Lampung,” katanya
“Dan juga gerakan kita akan selalu tumbuh berlipat ganda karna kita membela kebenaran. Kita juga mengecam keras untuk siapapun pihak manapun yang mencoba menjatuhkan,” tegasnya.
Adapun mengenai kronologi kericuhan tersebut, hal itu juga dibenarkan oleh Hasan Hafidzul Wahyi (Teknik Pertanian’20), yang merupakan salah satu peserta konsolidasi. Ia mengatakan bahwa kericuhan tersebut terjadi setelah maghrib.
“sesuai kemarin kita melaksanakan konsolidasi dari sore ya sekitar pukul 16.00 kita mulai konsolidasi gitu. Ada juru bicara yang memimpin dari jalannya konsolidasi. Dari awal kita penjelasan tentang keadaan ya, selanjutnya kita pembahasan tentang tuntutan gitu karna kita akan melaksanakan masa aksi gitu. Dari itu kita ada perbedaan pendapat gitu ya mungkin antara itu juga mahasiswa gitu. Gatau menau setelah maghrib itu ada ini entah kita sebutnya oknum ya mereka mericuh dan kericuhan di konsolidasi gitu,”
Berdasarkan penjelasan beliau oknum yang mericuh konsolidasi diperkirakan lebih dari 2-3 orang. Namun, ia juga tidak dapat memastikan jumlahnya karena kondisi dalam keadaan panik
“lebih sih karna kita juga panik waktu itu jadi udah engga kelihatan lagi. Pas mereka datang itu berdiri memang ngeliat bener-bener untuk mericuh itu,” jelasnya.
Diketahui kericuhan timbul bukan hanya sekali saja. Hasan mengatakan bahwa mereka menerima serangan kedua setelah waktu isya.
“setelah itu mungkin itu udah mau isya ya habis itu kita sholat lagi habis itu setelah sholat kita mau ini mau melanjutkan konsolidasi itu karna memang tuntutan udah selesai. Dari forum itu ingin melanjutkan konsolidasi karna memang tinggal teklap (teknis lapangan) dan penentuan jadwal kapan mau masa aksinya gitu. Tapi di sisi lain kita diserang lagi gitu entah dari oknum mana gitu jadi kita kemarin sempat terjebak di graha gitu kita naik ke atas,” ujarnya.
Berdasarkan pantauan wartawan Teknokra pada kericuhan tersebut terjadi beberapa kali. Puncak keributan tersebut terjadi kurang lebih pukul 09.00 malam. Yaitu munculnya masa yang bukan peserta yang mengikuti konsolidasi saat sore hari.
Selain itu, pada saat kericuhan terjadi, wartawan Teknokra menemukan seseorang yang diduga bukan mahasiswa Universitas Lampung. Ia mengaku sedang mencari peserta lainnya.
Sedangkan mengenai beredarnya isu bahwa banyak jendela yang pecah. Hal ini merupakan tidak benar. Bahkan wartawan Teknokra turut memeriksa seluruh jendela atau kaca yang ada di Gedung Graha Kemahasiswaan, namun tidak ditemukan satupun kaca yang pecah.