Keteguhan Penganut Aliran Kepercayaan

507 dibaca

teknokra.co : Ayam disembelih, lalu dibakar beserta dengan bulunya. Dada sampai perut ayam dibelek hingga terlihat jeroannya. Di gubuk kayu, telah berkumpul para Rato atau Ketua Adat orang Marapu. Mereka tengah melakukan ritual untuk meminta petunjuk para leluhur terkait suatu masalah.

Para Rato bergantian melihat usus ayam tersebut, lalu mencari jawaban dari leluhur terkait izin pengambilan gambar di area Uma Kalada atau Rumah Besar yang keramat. Dari usus ayam, pesan leluhur diterjemahkan.

Begitulah pengambaran ritual orang Marapu dalam film Dokumenter “Atas Nama Percaya” Sutradara Ari Trismana, Produser Senior di rumah produksi Watchdoc Documentary.

Film ini secara garis besar menceritakan tentang nasib aliran kepercayaan di Indonesia. Salah satunya aliran kepercayaan Merapu di Sumba NTB. Ajaran aliran ini menekankan pada ikatan sosial antarsesama manusia dan tentang hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan alam sekitar.

Besarnya pengaruh Agama Katolik di NTB tak membuat orang Marapu patah arang, mereka tetap mempertahankan kepercayaan leluhur secara turun-temurun. Sebab itu, dikeluarkan peraturan adat yang mengharuskan setiap orang Marapu minimal memiliki satu anak dari keluarganya yang akan meneruskan kepercayaan marapu.

Hal serupa juga dijumpai di Cianjur Jawa Barat, mereka mengidentifikasi diri sebagai Aliran Kebatinan Perjalanan. Aliran ini memiliki ajaran inti tentang kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menekankan ajaran perjalanan manusia adalah sebagai perjalanan menuju Tuhan.

Berdasarkan sejarahnya, aliran ini pernah dituduh sebagai antek PKI dan mendapatkan tekanan dari oknum militer. Ari menampilkan sisi emosional orang aliran kepercayaan dengan sangat bagus. Lewat keterangan para narasumber, penonton dapat melihat bagaimana sulitnya menjadi masyarakat minoritas di Indonesia.

Mereka mendapat stigma negatif serta perlakuan tidak adil baik dari negara maupun dari para penganut agama resmi. Orang aliran kepercayaan dianggap sesat, tidak memiliki agama, animis, dan beberapa istilah bernada negatif lainnya.

Seperti yang pernah dirasakan oleh Timih Hima Yanti, salah seorang penganut Aliran Kebatinan Perjalanan. Semasa hidupnya, Timih acap kali dipandang sebelah mata oleh masyarakat sekitar.

Keluarganya juga pernah mendapatkan diskriminasi karena kepercayaan yang dianutnya berbeda dengan masyarakat kebanyakan. Kendati demikian, ia tetap teguh menjalankan kepercayaan yang dianutnya.

Seperti kebanyakan film dokumenter, riset yang serius terasa jelas pada film ini. Film buah kerja sama CRCS UGM, Boston University, dan Watchdoc ini pertama kali diluncurkan pada tanggal 30 November 2019. Tidak kurang 90 titik nonton bareng (Nobar) telah diselenggarakan di sekolah, pesantren, kampus, dan ruang-ruang publik.

Film berdurasi 36 menit ini merupakan seri pertama dari Indonesia Pluralities. Film ini cocok unuk even Nobar dan diskusi oleh mahasiswa, komunitas literasi, sekolah, pesantren, dan akademisi agar lebih dalam memaknai keberagaman. Pasalnya kasus intoleran masih jadi pekerjaan rumah yang besar bagi negara ini. Isu minoritas, SARA, masih menjadi sasaran pergerakan politik untuk mendulang suara.

Indonesia mengakui enam agama secara resmi, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha, Hindu, dan Konghucu. Namun, negara seakan menyampingkan keberadaan aliran kepercayaan di luar agama resmi yang jumlahnya tak sedikit. Dalam beberapa kesempatan aliran kepercayaan sering mendapatkan stigma negatif oleh masyarakat. Kesetaraan hak sebagai warga negara masih menjadi harapan sekaligus pekerjaan rumah yang harus dituntaskan oleh pemerintah dan penganut aliran kepercayaan.

Judul: Atas Nama Percaya
Durasi: 36 menit 45 detik
Executive Produsers: Andy Panca Krniawan, Dandy Dwi Laksono
Director: Ari Trismana
Film Research Coordinator: Samsul Maarif
Videographers: Harry Maulana, Ikang Fauzy
Reporters: Aisyah Nursyamsi, Anisa Anggarieni, Yulia Adhiningsih

Penulis resensi : Chairul Rahman Arif