Konsorsium YKWS dan Walhi Adakan Pelatihan Budidaya Lebah Madu Trigona di Desa Tegal Yoso

355 dibaca

teknokra.com: Kehidupan masyarakat Desa Tegal Yoso yang berbatasan langsung dengan wilayah Taman Nasional Way Kambas (TNWK), seringkali mengalami Interaksi negatif antara masyarakat dengan gajah dan menyebabkan tanaman masyarakat rusak. Tidak adanya kompensasi atau ganti rugi atas kerusakan yang disebabkan interaksi negatif dengan gajah tersebut membuat masyarakat mengalami kerugian. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya sumber pencaharian pendukung/tambahan yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Melihat masalah tersebut Konsorsium YKWS dan Walhi adakan pelatihan budidaya lebah madu Trigona di Desa Tegal Yoso. Kegiatan bertujuan untuk mengantisipasi adanya penghasilan tambahan untuk warga Desa Tegal Yoso. Acara pelatihan diadakan pada (27/05) di rumah warga dengan mendatangkan 2 fasilitator dari Kelompok Tani Hutan (KTH) dari Rantau Jaya Udik. Kegiatan tersebut dihadiri oleh perwakilan 2 KTH yang ada di Desa Tegal Yoso yaitu KTH Wono Segoro Madu dan KTH Wana Karya. Kegiatan ini juga didukung oleh Asean Center For Biodivercity.

Pelatihan ternak madu yang diajarkan yaitu Lebah Trigona yang berukuran sedang. Menurut Ujang, salah satu fasilitator mengatakan Lebah Trigona dipilih karena dipercaya mempunyai khasiat yang lebih manjur meskipun harus punya perawatan ekstra karena predatornya cukup banyak seperti iguana, kadal, cicak, dan serangga.

Ujang juga menjelaskan bahwa madu trigona juga mudah pakannya seperti bunga air mata pengantin dan kaliandra.

“Bunga air mata pengantin sangat mudah ditanam, serta bisa berbunga setiap hari dan banyak. Tentu ini menjadi keuntungan bagi peternak,” tambahnya.

Isyanto selaku Project manajer yang juga memandu kegiatan tersebut memberikan arahan bahwa selain mendapatkan ilmu masyarakat juga bisa memperbaiki lingkungan.


“Jika setiap kita menanam tanaman 1 meter persegi lebar daun itu bisa mengasilkan 1 meter kubik oksigen tiap hari,” ungkapnya

Isyanto juga menjelaskan bahwa kegiatan ini bisa menjadi salah satu bentuk penangan konflik manusia dengan gajah. 40% wilayah di Desa Tegal Yoso merupakan wilayah jelajah gajah. Sehingga potensi gajah dan merusak tanaman warga di Desa Tegal Yoso sangat besar.

“Dengan adanya pelatihan ini, warga bisa terbantu secara ekonomi saat gajah nantinya merusak tanaman. Namun kita juga tidak bisa mengandalkan madu trigona karena per log itu hanya bisa dipanen sebulan sekali, itupun 1 log hanya bisa menghasilkan 1 liter yang kalau dijual hanya menghasilkan ratusan ribu. Jadi kita bisa menjual wisatanya. Karena mau tidak mau, kita harus hidup berdampingan dengan gajah,” katanya.

Dalam kegiatan tersebut, warga juga menyetujui bahwa setiap KTH dari Desa Tegal Yoso akan menyediakan 400 bibit bunga air mata pengantin yang akan dibagikan warga, bibit tersebut mereka siapkan dalam kurun waktu satu bulan yang akan datang.

Moh. Yani selaku kepala desa sangat mendukung adanya kegiatan tersebut. Ia juga menambahkan bahwa Desa Tegal Yoso kedepannya ingin mengembangkan wisata madu trigona yang bisa disedot langsung dari sarangnya.

“Semoga kedepannya ilmu yang sudah didapat bisa diterapkan dan bisa membantu Desa Tegal Yoso untuk mewujudkan menjadi desa wisata yang asri dan indah,” jelasnya.

Rilis

BACA JUGA:

Tinggalkan TNBBS, Petani Teba Liokh Beternak Lebah

Mahasiswa Kehutanan Kunjungi Taman Wisata Lebah Simpur

Lembah Suoh, Lumbung Padi Organik di Lampung Barat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eighteen − twelve =