Teknokra.co : Aliansi Mahasiswa Universitas Lampung (Unila) menghasilkan lima poin tuntutan dalam konsolidasi menolak pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan pelanggaran integritas akademik yang digelar di Balai Rektorat Unila pada Minggu, (1/6).
Konsolidasi dihadiri oleh berbagai lembaga intra kampus, termasuk unsur eksekutif seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), unsur legislatif yakni Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), serta organisasi mahasiswa pencinta alam (Mapala) tingkat Unila dan universitas lain.
Konsolidasi ini menghasilkan lima poin tuntutan yang terbagi dalam dua isu, yakni pelanggaran HAM dan pelanggaran integritas akademik:
Tuntutan atas Kasus Kekerasan oleh BEM FEB:
1. Mengusut pembungkaman dan pelanggaran HAM ke ranah hukum.
2. Menuntut birokrasi kampus untuk membekukan Mahepel.
3. Menuntut pihak yang bertanda tangan dalam kepanitiaan (WD III, Ketua Umum, Ketua Pelaksana, dan Pembina) bertanggung jawab atas kasus.
Tuntutan atas Pelanggaran Integritas Akademik:
1. Melakukan audit besar-besaran terhadap dosen dan guru besar di Unila.
2. Menuntut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk transparan terkait permasalahan ini.
Pembahasan utama dalam konsolidasi adalah rencana aksi lanjutan. Khoiril Ambri (Teknik Lingkungan’22), salah satu anggota BEM-U, menegaskan bahwa aksi yang akan dilakukan harus memiliki tujuan yang jelas agar tidak dianggap remeh oleh sivitas akademika.
“Kalau aksi, jangan sekadar aksi, harus ada goals. Aksi damai 40 hari korban atau mau ada aksi nyata. Takutnya kalau cuma aksi damai, kita makin diremehkan. Sepakat aksi damai hari Selasa malam, dan ada aksi nyatanya,” ujar Ambri.
Hal senada disampaikan Reza Pratama, salah satu peserta konsolidasi yang menyatakan, bahwa aksi nyata diperlukan mengingat keluarga korban mengalami trauma.
“Karena kemarin poin tuntutannya hanya pembekuan lembaga. Keluarga korban pun lagi trauma, keluar rumah saja tidak berani. Kalau kita ada aksi langsung yang konkret, kapan kita aksi?” ungkapnya.
Romzy (Hukum’22) juga mendukung aksi berkelanjutan dan meminta agar gerakan ini tidak berhenti pada formalitas saja.
“Buat grup koordinasi ini, jangan sekali tembak aksi ini. Kalau bisa, sampai benar-benar selesai,” ujarnya.
Ambri juga menambahkan bahwa akan ada dua bentuk aksi yang dilakukan, yaitu aksi damai 40 hari serta aksi nyata yang direncanakan pada Selasa pekan ini (3/6).
“Besok kami akan mengadakan konsolidasi akbar untuk menjaring massa yang lebih luas, kemudian pada hari Selasa akan diadakan aksi damai 40 hari dan aksi nyata,” pungkasnya.