Teknokraco: Tim Program Kreativitas Mahasiswa Universitas Lampung, bidang Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH), berhasil menciptakan metode pembelajaran sejarah tanam paksa (Cultuurstelsel) zaman pendudukan Hindia Belanda di Lampung dengan menggunakan Teknologi Augmented reality.
Augmented Reality atau AR merupakan teknologi berupa penggabungan secara real-time, objek 2D menjadi 3D yang diproyeksikan terhadap dunia nyata. Penelitian dilaksanakan di SMA N 1 Semaka Kabupaten Tanggamus.
Inovasi pendidikan tersebut merupakan hasil garapan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila. Materi pembelajaran yang dimuat pun merupakan pelajaran sejarah daerah Lampung, dimana kebijakan tanam paksa pernah diterapkan Belanda di daerah Semaka, Seputih, Sekampung, dan Tulang Bawang.
Elsa Dara Puspita (Pendidikan Sejarah’20) selaku Ketua Tim PKM, berharap agar penelitian timnya dapat menginspirasi generasi penerus, sehingga mereka dapat mengenal sejarah daerahnya dengan baik.
“Potensi sejarah lokal di daerah Tanggamus, khususnya di daerah Semaka sangat relevan diimplementasikan dalam pembelajaran sejarah lokal, karena akan menambah wawasan sejarah lokal bagi peserta didik di daerah Semaka,” Ujarnya.
Hal serupa juga dikatakan oleh Yusuf Perdana, dosen yang menjadi pembibing kelompok tersebut. Ia memuji terobosan mahasiswa.
“Kita ketahui bersama, bahwa bahan ajar yang berkaitan dengan sejarah lokal sangat minim di daerah Tanggamus. Sedangkan di Kabupaten Tanggamus sangat erat dengan sejarah lokal,” katanya.
Sumarno, Kepala Sekolah SMAN 1 Semaka Kabupaten Tanggamus, merasa sangat senang dengan inovasi pendidikan yang ada. Ia berharap metode pembelajaran yang inovatif dapat menambah motivasi siswa.
“Sangat menarik dan inovatif, karena menggabungkan konsep sejarah lokal Lampung dengan teknologi berbasis Augmented Reality yang belum pernah diterapkan di SMA N 1 Semaka,” ujarnya.
Adapun mahasiswa anggota tim PKM-RSH Unila yang berhasil menciptakan inovasi tersebut antara lain;
- Elsa Dara Puspita (Pendidikan Sejarah ‘20)
- Ajeng Diah Kinanti (Pendidikan Sejarah ‘19)
- Rafif Afriansyah (Pendidikan Geografi ‘20)
- Retno Wuri Handayani (Pendidikan Teknologi Informasi ‘20)
*Rilis.