Teknokra.co : Sejumlah mahasiswa Universitas Lampung (Unila) kecewa dengan dikeluarkannya Surat Edaran mengenai pembatasan aktivas arak-arakan Wisudawan di Gedung Serbaguna (GSG) Unila pada Jumat, (15/11). Diketahui, pembatasan tersebut sebagai upaya untuk mengurangi tingkat kepadatan kendaraan di lingkungan GSG Unila.
Diketahui, pihak Unila telah memberikan surat edaran pembatasan arak-arakan wisuda di lingkungan kampus. Dalam surat edaran tersebut disebitkan alasan pembatasan, untuk mengurangi kepadatan atau keramaian di lingkungan kampus. Berikut surat edaran tersebut.
Namun, hal ini membuat sejumlah mahasiswa, khususnya Himpunan Mahasiswa Jurusan terutama Fakultas Teknik (FT) merasa kecewa, dan kesal terhadap larangan tersebut. Salah satunya, Novry Rohmadhani (Teknik Mesin’21) selaku Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin (Himatem). Novry menyebut, telah melakukan diskusi dan konsolidasi bersama dengan jurusan lain. Meskipun begitu, Dekanat telah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) yang melarang mahasiswa teknik melakukan aktivitas arak-arakan terutama di GSG Unila.
“Kami sudah sempat konsolidasi bersama, dan setuju bahwa kita akan menanggulangi hal itu. Namun, dari pihak Dekanat sudah mengeluarkan SK terkait hal itu untuk melarang kita arak-arakan terutama di GSG,” ujarnya.
Ia sangat kesal dengan larangan tersebut, dirasa mengarah pada FT Unila. Dirinya mengecam, jika larangan tersebut mengarah hanya pada fakultasnya.
“Namun melihat situasi dan kondisi, jika memang dari fakultas dan jurusan lain melakukan arak-arakan, kami merasa dibatasi, kami akan menuntut supaya jangan hanya dari fakultas dan jurusan kami yang tidak diperbolehkan,” tegasnya
Selain itu, Fadsyah Muhammad (Teknik Geofisika’22) selakuKetua Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika (Hima TG) Bhuwana, ikut menambahkan. Menurut Fadsyah, sebaiknya pihak kampus perlu memperhatikan keluarga wisudawan dan tidak hanya menyalahkan mahasiswa. Ia menyampaikan bahwa terkadang beberapa wisudawan melanggar aturan Surat Undangan dengan mengundang lebih dari dua keluarga. Hal ini mengakibatkan kapasitas orang, serta kendaraan menjadi lebih padat. Dalam hal ini dirinya merasa tak adil, jika kemacetan di lingkungan Unila hanya karena aktivitas arak-arakan wisuda yang sudah cukup lama menjadi kultur di teknik Unila.
“Mereka yang tidak taat dengan aturan surat undangan juga mengakibatkan macet di jalan, tetapi yang disalahkan mahasiswanya. Padahal kampus adalah tempatnya mahasiswa,” tegasnya.
Novery dan Fadsyah juga menyampaikan saran yang serupa, yakni mengirimkan beberapa perwakilan Hima untuk menjemput Wisudawan di GSG Unila, lalu melakukan aktivitas arak-arakan menuju Fakultas. Hal ini dilakukan supaya kendaraan di lingkungan GSG Unila tetap kondusif. Hingga saat ini, belum ada pergerakan yang dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan dari berbagai Fakultas. Mereka menyadari akan konsekuensi melanggar Surat Edaran, yakni pembekuan organisasi.