Soroti Permasalahan Jurnalis Perempuan, AJI Bandar Lampung Lakukan Jajak Pendapat Lewat Diskusi Publik

349 dibaca

teknokra.com: Usai lakukan mini riset untuk mengetahui permasalahan dan kebutuhan jurnalis perempuan, AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Bandar Lampung adakan jajak pendapat lewat Diskusi Publik yang bertajuk “Potret Kusam Jurnalis Perempuan di Lampung”, pada Minggu (23/5). Diskusi ini dilakukan secara online melalui Zoom Meeting dan disiarkan lewat kanal YouTube AJI Bandar Lampung.

Banyaknya permasalahan yang dihadapi jurnalis perempuan, seperti kekerasan, pelecehan seksual, dan diskriminasi mendorong Divisi Pendidikan AJI Bandar Lampung melakukan mini riset berupa polling terbuka lewat kuisioner yang telah diisi oleh sebanyak 30 orang responden.

“Survei bukan hanya angka, tetapi harus bisa menjadi realitas untuk membuka kesadaran bahwa dunia jurnalis belum ramah terhadap perempuan dan belum mampu melindungi perempuan,” jelas narasumber pertama, Ika Ningtyas, Sekretaris Jenderal AJI Indonesia.

Ia juga menegaskan bahwa isu kesetaraan gender itu sangat penting.

“Dunia ini juga berisi perempuan, kontribusi perempuan juga harus mendapat pengakuan,” tambahnya.

Menanggapi hal itu, Ketua AJI Bandar Lampung, Hendry Sihaloho pun mengaku terkejut mengetahui hasil polling tersebut.

“Oh ternyata kondisi jurnalis perempuan di Lampung dari mayoritas responden itu pernah mengalami pelecehan seksual secara verbal baik itu di tempat kerja atau ketika melakukan kerja jurnalistik di lapangan,” ungkapnya.

Menurutnya, perlu ada pencegahan dan penanganan yang bisa dimulai dari organisasi itu sendiri.

“Harusnya ada pembaruan SOP untuk mengatasi masalah tersebut, mengingat tidak hanya pelecehan seksual melainkan diskriminasi dan minimnya upah sering diterima oleh perempuan,” tambahnya.

Diskusi tersebut semakin menarik ketika peserta yang hadirpun ikut menyampaikan pandangan dan pengalaman mereka. Hal ini membuktikan banyak orang yang antusias dalam menanggapi persoalan yang menimpa pekerja perempuan terutama jurnalis perempuan di Lampung.

“Diskusi ini hanya sebagai permulaan, masih banyak yang perlu kita dalami untuk menyadarkan kita akan permasalahan yang ada,” ujar Alfanny mengakhiri diskusi tersebut.

Penulis: Dwindy Monica

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eighteen − eleven =