Alat Praktikum Butuh Perbaikan

397 dibaca

teknokra.co: Alat penunjang praktikum di beberapa laboratorium fakultas mengalami kerusakan. Butuh perbaikan ditengah minimnya dana oprasional.

Jumat 29 April, di Laboratrium Teknik Digital Fakultas Teknik Unila, tampak beberapa mahasiswa jurusan Teknik Elektro sedang melaksanakan praktikum. Ada yang sibuk dengan komputer dan laptop. Oke Indra Mahardika (Teknik Elektro ‘07) mengatakan, sarana dan prasarana di laboratrium digital tersebut masih ada yang kurang atau rusak seperti Multi meter dan Osiloskop. “Kalau praktikum untuk Multi meter dan Osiloskop harus minjem ke laboratrium lain,“ kata Indra.

Supriyadi (Teknik elektro 09) mengatakan, kalau untuk sarana dan prasarana di laboratrium sudah cukup. ”Ada yang rusak dan sering error tapi wajar saja karena sudah lama,” ujarnya. Selain itu, “Kalaupun ada yang error masih bisa diperbaiki sendiri sehingga tidak sampai mengganggu.”

Kekurangan sarana dan prasarana ini juga terjadi pada Laboratrium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. “Di laboratrium ini ada mesin yang mengalami kerusakan seperti mesin AAS atau alat untuk mengukur unsur mikro tanah maupun logam berat,” ujar Suwarso, teknisi laboratrium sambil menunjukkan mesin persegi warna biru itu.

Mesin tersebut merupakan pemberian dari FMIPA yang memiliki lebih dari satu mesin AAS. “Sudah lima bulan mesin rusak. Pelayanan ke masyarakat jadi terganggu,” ujar Suwarso. Masyarakat atau peneliti dari luar biasa memakai Laboratrium Ilmu Tanah untuk meneliti kandungan tanah, serta kualitas pupuk yang biasa dipakai untuk bercocok tanam.

Menurut Suwarso, mesin yang rusak tersebut sudah berusaha diperbaiki, namun bahan baku suku cadangnya tidak tersedia sehingga harus membeli mesin yang baru. ”Sepertinya Unila belum bisa mengganti mesin ini (AAS) karena harganya mencapai satu miliyar rupiah,” uajr Suwarso.

Selain Mesin AAS masih ada satu mesin yang mengalami kerusakan yaitu Kornis atau alat pengabuan. Alat itu sudah pernah dikirim langsung ke Jakarta, tapi dikembalikan karena garansinya sudah habis.

Prof Irwan Sukri Banua selaku Pembantu Dekan II FP menjelaskan, pihaknya kekurangan dana untuk melakukan perbaikan terhadap mesin yang rusak. Jika biayanya besar, pihaknya akan membuat proposal bantuan atau kerja sama pada pihak-pihak luar. ”Dengan keterbatansan inilah kita dituntut untuk kreatif,” tuturnya.

Irwan mengatakan, pengajuan proposal tersebut bisa berupa meminta bantuan ataupun kerja sama. Saat ini Fakultas Pertanian tengah menjalin kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Lampung dalam pembuatan Laboratrium Otoritas, Kompetensi, dan Ketahanan Pangan Daerah (OKKPD). “Bentuk kerja sama seperti inilah yang akan dilakukan oleh FP untuk pengadaan barang.”

Laboratrium Kimia Dasar di FMIPA juga menjadi laboratorium pelayanan, diantaranya bagi Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknik. “Pihak fakultas yang dilayani biasanya memberikan alokasi dana praktikum per semesternya. Gunanya untuk membeli barang habis pakai (BHP) seperti botol,” tutur Irwan yang juga menjabat Kepala Laboratrium Kimia Dasar FMIPA.

Namun alokasi anggaran tersebut masih terhitung minim untuk biaya oprasional praktikum. Selama ini untuk menambah biaya, pihak laboratrium melakukan penjualan penuntun praktikum. ”Penjualan buku praktikum itu untuk menambah uang alokasi,”terangnya.

Menanggapi adanya mahasiswa yang mengeluhkan adanya keharusan membawa alat praktikum sendiri, Irwan mengatakan, pihaknya tidak membebankan biaya. “Alatnya hanya berupa botol bekas, seperti botol bekas obat batuk, dan bekas minuman, jadi tidak mengeluarkan biaya, “Jika diminta uang walaupun hanya seribu rupiah, memang ringan tapi judulnya sudah minta uang,” ujarnya.

Kekurangan alat praktikum juga melanda beberapa laboratorium di FKIP. Saat ditemui di Laboratrium Biologi, Istafada (Biologi ‘09) mengeluhkan adanya kekurangan dan kerusakan alat praktikum.”Mikroskop banyak yang rusak, ada juga yang burem, pipet tetes sudah pecah,”ujarnya. Selain itu, kran air hanya tersedia satu buah dengan ketersediaan air yang minim, sehingga mahasiswa harus mengantri saat membersihkan alat seusai praktikum.

Hal serupa diutarakan Yudi Saputra (Biologi 09), yang mengeluhkan ketersediaan alat tulis seperti spidol yang kerap tidak tersedia saat praktikum. ”Kalau gak ada spidol waktu praktikum, sering minjem sama mahasiswanya,” keluhnya.

Ditemui di ruangan kerjanya, Tri Jalmo, selaku Kepala Laboratrium Program Studi Biologi membenarkan kurangnya ketersediaan kran. “Kran itu memang kurang dan desain ruangannya salah. Satu laboratrium itu ideal memiliki 3 atau 4 buah kran,” tuturnya.

Menurut Tri, pihaknya sudah mengajukan penggantian dan perbaikan alat yang rusak ke pihak dekanat. “Untuk pengadaan sudah diajukan, tapi yang dikabulkan yang mana tidak tahu,”ujarnya.”Laboratorium di FKIP bersifat pembelajaran, tidak seperti FMIPA yang murni.”*

Oleh: Arian

Exit mobile version