Unila Transparan dan Akuntabel

Calon Rektor
340 dibaca

teknokra.co : Ia mantan Ketua Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, dan kini menjabat Direktur Eksekutif IMHERE—program beasiswa penelitian dosen.Pria yang lahir di Tanjungkarang, 28 September 1962 ini

beristrikan Myreshka dan mempunyai satu orang anak laki-laki dan satu anak perempuan. Ayahnya T. Timotiwu seorang pendeta.

Pemimpin menurutnya harus mempunyai tiga hal yang penting dari dirinya, yaitu ide, modal, dan pelaksana. Tiga hal yang saling berkaitan satu dengan lainnya. “Punya ide dan modal tapi tidak bisa melaksanakannya, maka tidak akan berjalan,” ujar pengajar Agronomi pada Program Studi Budidaya FP Unila ini.

Paul menyelesaikan program studi S1nya di Budidaya FP Unila, S2 Agronomi IPB dan program doktor di Applies Biology, Hirosima University. “Jika dinilai orang lain kita gagal, maka kita harus terima dan legowo untuk menerimannya. Dan jangan memaksakaan diri kita untuk melanjutkannya,”ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya Sekretariat IMHERE, gedung rektorat lantai 4. Ia punya moto “nothing tulus” yang berarti semua itu adalah amanah.

Apa motivasi Anda mencalonkan diri?

Motivasi saya menjadi rektor tidak ada. Semua orang mempunyai hak, asalkan memenuhi syarat yang berlaku. Saya menggunakan hak saya sebagai warga Unila untuk mencalonkan diri menjadi rektor. Selain itu, saya juga ditawarkan oleh Unila. Dukungan dari istri dan anak-anak saya tentu ada, mereka mendukung penuh.

Bila terpilih, apa target Anda selama 5 tahun menjabat?

Semua yang ada sudah baik. Maka harus kita penuhi tahapan-tahapan yang ada agar menjadi lebih baik lagi.

Apa visi dan misi Anda?

Visi saya adalah membuat Unila menjadi lebih baik. Maka kita usahakan sesuai relnya atau jalan yang ada. Konstitusi yang transparan, akuntabel, dan segala sesuatu bisa diukur dan bisa dipertanggungjawabkan. Misi saya adalah pengembangan dari visi tersebut, bagaimana seorang calon rektor harus terukur dan akuntabel.

Apa yang mesti dibenahi dari kondisi Unila saat ini?

Semuanya berjalan seperti biasanya, normal. Saya rasa mahasiswa lebih tahu bagaimana kondisi Unila saat ini. Ada kemajuan yang dapat dirasakan, tetapi kurang gereget selama 4 tahun ini. Maka kita harus lebih majukan dan tingkatkan lagi. Contohnya, profesor di Unila semakin bertambah, tetapi akreditasi Unila masih C. Itu yang masih kita ukur. Perubahan-perubahan di Unila kurang signifikan. Maka harus kita tingkatkan lagi, semoga lebih maju seperti berubahnya akreditasi dari C menjadi B. Pembenahan tidak bisa dilakukan dalam waktu pendek. Karena warga Unila sekitar 25 ribu orang, maka kita tidak bisa lihat dalam 1 atau 2 tahun. Tapi sebagai pemimpin, harus mengambil konsekuensi dari semua kegagalan jika terjadi nantinya. Transparansi akan diperbaiki, dan mudah-mudahan akan tercapai.

Unila punya visi sepuluh besar universitas terbaik di Indonesia pada 2025. Bila terpilih, upaya apa yang akan Anda lakukan untuk mencapainya?

Visi itu akan tetap berjalan. Kami membutuhkan orang-orang untuk membantu terwujudnya visi tersebut. Kita akan mengambil dan tawarkan kepada orang-orang yang mempunyai kemampuan di bidangnya masing-masing dan diseleksi.

Banyak keluhan dari mahasiswa tentang fasilitas perkuliahan.

Semua keluhan akan kita analisis, kita saring mana yang paling penting dan mana yang kurang penting untuk ditindaklanjuti. Semua disesuaikan dan tergantung dari pendapatan Unila sendiri. Banyak keinginan tetapi tidak ada perawatannya. Jika keuangan Unila terbatas, maka tidak bisa memenuhi fasilitas yang diinginkan. Fasilitas yang baik sesuai dengan biayanya. Tujuannya untuk akuntabilitas, administratif dan transparan. Contohnya saja jika PTN yang mempunyai profesor banyak dan SPP murah, pasti masyarakat akan curiga. Maka semuanya harus terukur. Jika tidak tercapai dalam ukurannya, maka bagi saya itu kegagalan dan saya bersedia mundur.

Program apa yang paling akan Anda kedepankan?

Akreditasi institusi. Karena kita terakreditasi C. Akreditasi akan menjasi daya jual. Kita akan mendata lagi program studi yang A dan B dan administratif.

Bagaimana Anda menilai sistem penerimaan rektor yang 35 persen suara Mendiknas dan 65 persen suara senat?

Itu sudah peraturan pemerintah dan itu harus kita terima. Dan buat saya itu tidak masalah.

Modal apa yang Anda punya?

Pengalaman saya sebagai ketua jurusan Budidaya Pertanian dan sebagai Direktur Eksekutif IMHERE. Dan, saya mempunyai ide, modal, dan pelaksana.

Anda yakin terpilih?

Semua orang yang menjadi calon rektor harus yakin. Kalau tidak yakin untuk apa mendaftarkan diri sebagai rektor. Maka saya yakin.

Laporan :  Yurike Pratiwi S

Exit mobile version