Kisah Penderita HIV-AIDS

Foto: Repro Internet
293 dibaca
Foto: Repro Internet

teknokra.co : “Seperti ingin lompat dari gedung rasanya saat tahu saya terinfeksi AIDS,” ujar gadis berkulit putih itu. Ade Komariah, tak menyangka suaminya yang berprofesi sebagai polisi bisa menularkan virus tersebut kepadanya dan buah hatinya.

Menurutnya suaminya seorang pria yang baik. Ia sudah lama mengetahui bahwa suaminya. Sebenarnya tidak ada tanda-tanda khusus penderita HIV,karena keberadaan virus ini memerlukan waktu cukup lama ( 5 sampai 10 tahun) untuk mencapai masa yang di sebut AIDS.

Salah satu penderita HIV bernama Ade Khomariah (34),ia sendiri tidak menyangka bisa menderita HIV. Ini berawal pada tahun 2007 silam saat suaminya sakit dan dirawat di rumah sakit. Semakin lama kondisi suaminya semakin memburuk dan dokterpun melihat tanda-tanda pada suaminya menderita HIV terlebih lagi setelah tahu latar belakang suaminya. Setelah 6 bulan di rawat suaminya pun meninggal dunia

Menurut Ade,ia memang mengetahui suaminya menggunakan narkoba tetapi ia tidak terpikir suaminya bisa menderita HIV AIDS terlebih lagi sebelumnya hanya menderita sakit biasa.

“Aku sedah kasih peringatan ke suami untuk test tetapi dia menolak,katanya gak munkinlah bisa kena HIV apalagi kita kan pakai jarum suntiknya sendiri-sendiri,” Tutur Ade menirukan ucapan suaminya.

Setelah mengetahui suaminya terinfeksi HIV AIDS ia langsung melakukan test darah,kekhawatiranya terjawab sudah setelah dokter menyatakan ia positif terkena HIV. Ia terkejut saat mengetahui hasil test darah,namun saat itu ia terpikir kedua anak nya. Ia pun tidak langsung melakukn test darah terhadap kedua anaknya karena ia merasa tidak terima saat mengetahui kenyataan jika anaknya pun sama seperti dirinya terinfeksi HIV.

“Saya terinfeksi HIV itu saya anggap resiko sebagai isteri,tapi bagaimana dengan anak-anak yang tidak tau apa-apa,” Tutur ade dengan wajah melemah

Ade menuturkan saat itu ia mendapat dukungan dari teman dan kerabat dekat,ia juga mulai menambah pengetahuan HIV. Sejak itu ia pun sadar sesegera mungkin ia melakukan test terhadap kedua anaknya supaya bisa dilakukan pengobatan jika positif terinfeksi. Hasil test pun didapat dan ternyata anak ke dua nya lah yang positif terinfeksi HIV yang saat itu baru berusia 1,5 tahun.

Menerima kenyataan itu ia sempat tidak terima kenapa harus anak na yang masih balita juga terinfeksi. Terlebih lagi saat anak nya yang sama sekali tidak mengetahui tentang HIV jatuh sakit dan ia merasa sendiri karena suami pun telah meninggal,namun ia memberikan kekuatan pada dirinya tetap berjuang untuk anak-anak yang sangat membutuhkan dirinya untuk memperjuangkan hidupnya anak nya di lingkungan sekitar maupun pendidikan dan juga ia menjadi orang tua tunggal yang menafkahi kedua anaknya.

Perjuangan nya pun berlanjut,setelah suaminya meninggal ia tinggal dengan keluarga suaminya. Saat itu keluarga nya mulai ada perubahan terhadap dirinya.Biasa ngerumpi bareng tiba-tiba mereka mulai menghindar,mesin cuci juga juga di pisah dan bahkan makanan pun di bedakakan

Saat itui Ade merasa ada diskriminasi karena terinfeksi HIV. “sat mereka diskriminasi saya hanya melihat anak-anak,apakah mereka juga bersala,”tuturnya

Melihat sikap keluarga suaminya mulai berubah ia memutuskan untuk tinggal sendiri bersama kedua anaknya. Sejak saat itu ia mulai aktif memberikan motivasi kepada mereka yang terinfeksi HIV terlebih lagi mereka yang mendapatkan diskriminasi dan tidak mendapatkan hak- hak nya.

Berkat keatifanya itu ia sekarang dipercaya menjabat sebagai manajer kasus HIV di sebuah rumah sakit dan terus memberikan motivasi kepada mereka yang terinfeksi HIV.

Menurut Ade walaupun ia kini terinfeksi HIV stadium 2,ia merasa sama seperti yang lainya yang bisa melakukan aktivitas pada umumnya dan bahkan ia pun bisa bekerja seperti layaknya orang pada umumnya.

Ade menambahkan jika ada orang-orang yang diskriminasi terhadap penderita HIV karena tidak mengetahui latar belakang penderita HIV. Tidak semua penderita HIV memiliki latar belakang yang jelek seperti pecandu naroba atau seks bebas,karena bisa saja mereka menderita HIV karena salah satu orang tua nya terinfeksi HIV.

Sempat terfikir oleh Ade jika suaminya sejak awal jujur dan bisa dilakukan pencegahan lebih awal terhadap penyebaran virus HIV,mungkin saja anaknya yang tidak tahu apa-apa tidak terinfeksi HIV.

“Yang bisa saya lakukan sekarang optimis dan menikmati hidup,jangan berbicara kematian karena itu urusan Tuhan,” Tuturnya mengakhiri pembicaraan.

Laporan : Rikawati

Exit mobile version