Ketika Gay Menjadi Pilihan

Foto: Repro Internet
254 dibaca
Foto: Repro Internet

teknokra.co: Rabu (19/3),Gedung Olah Raga (GOR) Saburai nampak ramai dan kursi berderet menunggu mereka yang akan menduduki untuk sekedar mengobrol,minum dan makan.

Di pojok keramaian depan sebuah warung minuman terlihat empat orang sekawan bercengerama. Sesekali terdengar candaan mereka. Ada yang terlihat feminim, ada pula bergaya seperti layaknya laki-laki dengan rambut pendek,dan gaya macho. Keempat wanita itu merupakan komunitas lesbi yang menamai diri mereka menjadi komunitas gendis.

Salah satu dari mereka bernama Endah (31), bukan nama sebenarnya ia mengaku sejak kecil memiliki jiwa laki-laki dan jarang berpakaian perempuan terkecuali saat ia sekolah. Ia anak pertama di keluarganya, sehingga orangtuanya menginginkan ia menjadi sosok laki-laki. Sejak Sekolah Menengah Atas (SMA) ia sudah menjalin hubungan dengan sesama jenis sampai akhirnya setelah berjalan 2 tahun hubungan tersebut diakhiri dan memilih menjadi sahabat biasa.

Namun hal itu tidak membuatnya berhenti mengagumi sosok perempuan. Setelah tamat SMA ia hijrah ke Jakarta. Di tempat ini ia kembali memiliki hasrat menyukai sesama jenis. Endah menceritakan saat menginjak semester dua, ia memiliki teman dekat perempuan yang berbeda jurusan dengannya. Saat itu teman dekatnya terlibat konflik dengan sang kekasih, ia lah yang menjadi teman curhatnya. “Pada akhirnya kemana-mana selalu barengan terus dan mulai ngerasa  nyaman,” tuturnya dengan tersenyum malu.

Gayung pun bersambut, rasa tertarik Endah ternyata tak bertepuk sebelah tangan. Mereka pun mulai menjalani status sebagi sepasang kekasih. Namun berselang tiga tahun mereka sepakat berpisah dan mengakhiri hubungan tersebut.
Hal itu tidak membuat Endah patah arang, berselang 3 bulan ia kembali menemukan penggantinya. Kali ini berbeda, ia menjalin hubungan dengan seorang wanita yang sudah berstatus sebagai istri dan bukan seorang lesbi.
Kala itu teman wanitanya ini bermasalah dengan sang suami, sudah dua tahun tidak di nafkahi sehingga ia tertekan dengan kehidupan rumah tangganya. Sejak itu keduanya jalan bersama bahkan teman wanitanya tersebut tidak sungkan menjemputya kuliah maupun bekerja. “Akhirnya kami berdua memutuskan untuk berpacaran dan komitmen tinggal bersama dari tahun 2003 hingga 2010,” kenang Endah .
Tetapi hubungan keduanya pun berakhir dengan alasan sang kekasih memilih pergi dan memulai kehidupan baru.

2010 silam Endah memutuskan kembali ke Lampung karena urusan pekerjaan,di akhir tahun 2010  ia kembali menjalin hubungan dengan sesama jenis hingga saat ini.
Menurut Endah, keluarganya tidak mengetahui bahwa ia penyuka sesama jenis, ia ingin menjaga nama baik kaluarganya. Saat ini ia tinggal bersama sang ibu karena ayahnya telah meninggal tahun 2005 silam.
Endah pun memiliki keinginan untuk menikah dengan seseorang laki-laki layaknya perempuan lain. Namun saat ini ia memilih menjalani hidup membantu sesamanya. Bahkan saat ini Endah membantu penanggulangan HIV AIDS. Menurutnya keputusan menikah atau tidak bukan suatu kehinaan.

Aryasin, salah satu ustadz di pondok pesantren Darul Fatah mengungkapkan bagi islam jelas gay, lesbi maupun homoseksual adalah haram. Sudah dicontohkan pada kaum nabi Luth yang dimpa azab berupa gempa bumi hebat menghancurkan kota Sodom, untuk menjadi sebuah pelajaran.

Gay, lesbi maupun homoseksuamerupakan cobaan dan bisa disembuhkan. Caranya yaitu harus menyadari hal itu adalah perbuatan dosa, dan menyadari bahwa itu merupakan hal yang tidak wajar, harus memiliki tekat yang bulat untuk sembuh, yang terakhir adalah mau bertobat, meninggalkan kebiasaan itu dan mengalihkan rasa sukanya pada lawan jenis (kembali ke fitrahnya). Salah satu caranya yaitu dengan mengikuti kajian-kajian islam dan orang-orang yang disampingnya pun turut mengingatkannya.

Oleh : Rikawati, Lutfi Yulisa

Exit mobile version