Jika JSS telah Jadi Nanti

276 dibaca

teknokra.co: Pelabuhan Bakauheni  itu ibarat Kota Air yang tak pernah mati. 24 Jam lalu lalang orang yang ada disana.

Dari pengemudi kapal, penjaga tiket, calo, pedagang hingga pencopet.  Pemandangan yang biasa ditonton sehari-sehari. Bahkan jika lebaran menjelang Pelabuhan Bakau bisa seperti lautan manusia yang menunggu sang nakhoda untuk  mengangkut mereka ke Pulau Seberang.

Kondisi tersebut seakan wajar adanya karena Lampung  merupakan pintu gerbang utama Pulau Sumatera.  Dan biasa ditempuh dengan jalur air lewat Selat Sunda menggunakan kapal. Biasanya kapal-kapal tersebut terparkir pada Pelabuhan Bakauheni di Lampung Selatan. Namun sejak dicanangkan akan dibuatnya Jembatan Selat Sunda satu persatu dari mereka resah. Ada yang senang adapula yang khawatir mata pencahariannya akan lenyap.

“Gimana dengan pedagang, sebagai rakyat kecil akan tertindas, kalau sudah ada JSS mobil-mobil akan langsung,”kata Ema Wati khawatir. Ema Wati merupakan pedagang asongan yang sudah sepuluh tahun mengais nafkah di pelabuhan.
Ema sadar ia hanya rakyat kecil yang tak bisa menolak apa yang telah direncanakan oleh pemerintah. “Namun semestinya pemerintah lebih memperhatikan rakyat kecil yang banyak kekurangan ini,” pinta wanita berusia 35 tahun ini.

Begitu juga dengan seorang kuli pengangkut barang yang berusia 45 tahun ini.  Kehidupannya bergantung di pelabuhan ini.  Berdiri mematung sambil sesekali menatap keramaian. Berharap ada orang yang mau barangnya ia bawakan hingga masuk kapal.

Ia pun terpengelak ketika diberitahu bahwa JSS segera dibangun. Ternyata ia baru mengetahui wacana pemerintah itu.  Meski hanya seribu-dua ribu rupiah yang ia hasilkan namun ia tak setuju JSS dibangun. “Saya tidak setuju, karena penumpang akan sepi!” tegasnya tanpa basa basi sambil mengusap peluh.
Begitu juga dengan agen travel di Bakauheni. “Kalau jembatan lancar maka usaha kami akan mati. Kami kan nyari penumpang dari kapal. Jembatan itu lebih baik tidak usah dibangun,” tegas Syamsul.

Jesi Hotang seorang  Nahkoda pun  mengharapkan program pemerintah ini batal. “Kalau ditanya soal itu jelas saya tidak Setuju, sudah pasti pelayaran disini akan mati.  Lebih baik tidak usah dibangun, seharusnya pemerintah lebih memperhatikan infrastruktur seperti jalan-jalan,” kata pengemudi kapal Roro ini.  Jesi menyarankan agar uang untuk membangun JSS untuk dibelikan kapal atau memperbaiki pelabuhan saja.
Lain halnya dengan Budi Santoso ia malah menyetujui dengan program tersebut. Ia mengatakan pemerintah pasti sudah memikirkan akan dibawa kemana jalur transportasi laut ini. “Bila JSS benar dibangun, jika jalur dipindahkan saya siap,”tuturnya.

Asep Nurjaman selaku mualim 2 atau pendamping nahkoda sebuah kapal roro juga merasa pembangunan Jembatan Selat Sunda tidak efektif karena jaraknya sangat panjang. ”Para penumpang akan lebih suka naik kapal karena jembatan akan banyak resikonya” ujar Asep.

Kepulan asap menghiasi jalan menuju Pelabuhan Bakauheni.  Mobil-mobil pribadi hingga tronton tampak padat merayap.  Sayurmayur dan buah-buahan yang akan diantar ke Pulau Jawa mulai membusuk.  Beberapa sopir truk  terlihat berkipas-kipas, ada yang mengobrol untuk melepaskan jenuh ada juga yang tertidur pulas di tepi jalan menuju pelabuhan. Mereka tampak kelelahan menunggu kapal datang. Meski kapal datang pun belum tentu mereka bisa masuk.
Sehingga pelabuhan bak rumah ke dua bagi para sopir antar pulau itu.  Ponijan dan Abi misalnya raut  kelelahan tampak di wajah mereka. Menunggu kapal untuk menepi dan antri menunggu bongkar pasang muatan kapal yang bisa menghabiskan waktu setengah hingga satu jam tersebut.

Apalagi jika musim pancaroba datang, bisa berhari-hari hingga pernah semingguan hingga membuatnya capek.  Karena saat musim pancaroba gelombang akan pasang sehingga  pelayaran akan diberhentikan, hal inilah yang membuat para sopir harus menunggu cukup lama di pelabuhan,” terang Abi teman Ponijan. Rata-rata dari mereka setuju wacana pembangunan JSS. “Setuju dengan rencana pembangunan JSS itu dari pada antri dan nunggu lama gini mas,” keluh Ponijan salah satu sopir truk.

Menanggapi kekawatiran yang terjadi Kepala Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) cabang Bakauheni, Yanus Lentenga angkat bicara. Ia menuturkan pelayaran akan tetap beroprasi meskipun JSS telah dibangun. Hanya saja mungkin akan terjadi penurunan kapasitas entah itu dari produksi atau kapasitas pekerjanya.

“Infarastruktur yang diperkirakan memakan biaya 150 triliun ini bukan sesuatu harus ditakuti, “tegas Yanus. Meski pihak ASDP hingga saat ini belum mengkaji langkah kongkret yang akan dilakukan apabila JSS benar dibangun. Ia yakin nantinya akan ada kiat-kiat untuk mengantisipasinya.
Seiring dengan kebutuhan transportasi yang meningkat, tak ada salahnya kita mendukung rencana pemerintah yang kian optimis akan terealisasinya mega proyek tersebut. Pembangunan Jembatan Selat Sunda tentu akan meningkatkan mutu transportasi, semestinya semua linid transportasi harus diberdayakan karena itu merupakan urat nadi perekonomian negara Indonesia.

Senada dengan Yanus, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan  Daerah , Fahrizal Darminto  juga menegaskan bahwa dengan pembangunan JSS tak perlu dikhawatirkan. Karena nantinya  akan membuka peluang usaha baru. Yakni kawasan industri dan kawasan wisata yang bisa bersinergi dengan usaha menengah yang ada saat ini.

Fahrizal pun menuturkan dana 150 triliun didapat dari BUKSIS (Badan Usaha Kawasan Infrastruktur) yang dibentuk setelah selesai studi kelayakan.  BUKSIS merupakan investor yang terdiri dari  BUMN dan swasta.  Sedangkan  pemerintah hanya sebagai fasilitator saja.

JSS akan didesain oleh Wiratman Atmawijaya ahli struktur Indonesia, dan peletakan tiang pertama akan dilaksanakan tahun 2014. Meski beberapa kali desain diajukan Wiratman namun hingga saat ini desain jembatan tersebut belum fix tetapi gambaran umumnya JSS akan menyerupai jembatan layang.  Dan meskipun JSS nantinya telah dibangun jalur laut tetap akan beroperasi. Sehingga masyarakat dapat memilih melalui jalur darat atau laut.

Laporan: Arian Korizal, Desfi Dian

Exit mobile version