Pendidikan Anak Jalanan

270 dibaca

teknokra.co: Kepedulian terhadap masa depan anak-anak jalanan menggerakkan sekelompok mahasiswa Universitass Lampung yang tergabung dalam Komunitas Peduli Pendidikan (KPP) menyibukkan diri untuk mengajari dan memotivasi anak-anak jalanan

tersebut untuk terus semangat meraih cita-cita dan merubah gaya hidup anak jalanan yang notabene menyimpang.

Tiap minggunya, mereka menyambangin anak-anak jalanan yang tinggal di belakang pasar Tempel Rajabasa, Bandarlampung. Ada sekitar 30 hingga 40 anak jalanan yang mereka didik. Mulai yang berumur lima tahun sampai usia remaja setingkat Sekolah Menengah Atas.

Para anak jalanan diberi bimbingan tentang cara menjalani hidup dengan lebih baik. Tak hanya itu, mereka juga diberikan penyuluhan dan bimbingan agar dapat menghilangkan kebiasaan meminta-minta di jalanan, dengan mengajari mereka untuk berkreativitas, seperti melakukan pelatihan membuat bros rajutan.

“Hasil kreatifitas yang mereka dapatkan juga dapat dimanfaatkan sebagai usaha dalam mencari uang, hasilnya kan bisa dijual, dengan hal itu tentunya kebiasaan mereka dalam mengemis akan berkurang,” ujar Bambang Irawan pendiri KPP. Mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unila ini mendirikan KPP pada Desember 2013.

Saat itu, Bambang yang masih berada di semester empat menjabat sebagai sekretaris himpunan mahasiswa jurusannya merasa kegiatan sosial yang diadakan oleh jurusannya tersebut hanya sekedar event, ia rasa hal tersebut tak akan memberikan dampak yang besar. Dari situlah ia berinisiatif untuk melakukan hal yang berbeda, Bambang pun mulai mengajak teman-temanya untuk mendidik anak-anak jalanan.

Lewat jejaring sosial facebook, ia pun merrekrut mahasiswa Unila yang memiliki kepedulian yang sama untuk bergabung dengan komunitas gagasaannya tersebut. Kini komunitas yang berlandaskan kerja sosiaal ini beranggotakan dua puluh lima mahasiswa dari berbagai jurusan di Unila. Selain itu, KPP juga terbuka kepada lembaga atau organisasi yang ingin ikut dalam kegiatan mingguannya.

Namun, karena bersifat sukarela membuat Bambang kesulitan dalam mengatur kinerja para anggotanya. Tak jarang beberapa anggota tak rutin ikuti agenda mingguan karena kesibukan lainnya, beberapa anggota pun ada yang merasa jenuh dengan kegiatan yang itu-itu saja. Bambang pun berharap akan ada donatur yang membantu dan mendukung kegiatannya demi mengubaah pola pikir anak-anak jalanan. Karena haal tersebut membuttuhkaan lebih baanyak usaha, ia taak menampik dana sangat dibutuhkan untuk membantu anak-anak jalanan itu dalam membuat usaha sendiri.

Laporan: Fitri Ardiani

Exit mobile version