“Saya Tidak Serta Merta Menjadi Presma”

Bambang Irawan
393 dibaca

teknokra.co: Gagalnya perhelatan pesta demokrasi di Unila dua tahun berturut-turut, menimbulkan banyak pertanyaan, apa penyebabnya. Aklamasi kali ini membawa Bambang Irawan muncul sebagai Presiden Mahasiswa terpilih.

Hal ini menjadi indikator permasalahan dinamika pergerakan mahasiswa Unila. Jelas hal tersebut juga menjadi tantangan klise bagi Bambang untuk menyelesaikannya. Reporter Teknokra Rika Andriyani melakukan wawancara dengan Presma terpilih pada Rabu (27/5) untuk mengetahui tanggapannya.

  1. Bagaimana perasaan Anda terpilih menjadi Presma secara aklamasi?

Terpilih menjadi presiden, yang penting bukan perasaan senangnya. Tapi ada tanggung jawab besar yang harus saya bawa nantinya.

  1. Apa tanggapan Anda ketika dibilang melegitimasi diri sendiri?

Saya tidak takut dibilang meligitimasi diri sendiri. Karena saya tidak serta merta menjadi Presma, karena ada proses yang berjalan. Saya mendaftar sesuai prosedur.

  1. Bagaimana menurut Anda demokrasi di Unila saat ini?

Demokrasi di Unila dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Karena indikator dari demokrasi ruhnya adalah dipilih secara langsung. Namun, tetap adanya musyawarah mufakat. Namun, dua tahun terakhir terjadi aklamasi. Menurut saya ini sebuah penurunan.

  1. Bagaimana Anda menanggapi hal itu?

Menurut saya, kehancuran dari sebuah sistem ataupun kebijakan dalam perpolitikan demokrasi itu bukan ditimbulkan oleh sekelompok orang saja. Tetapi salah satu penyebabnya sedikit orang yang mempunyai niat baik, orang yang berprestasi, dan orang yang memiliki jiwa kepemimpinan yang bagus. Tetapi tidak mau ikut ambil bagian untuk merubah sistem itu. Maka yang ngambil itu hanya orang-orang yang tujuannya bukan untuk perubahan. Tetapi hanya untuk kepentingan saja.

  1. Menurut Anda apa masalah terberat yang kini mengancam pergerakan mahasiswa?

Menurut saya, salah satu masalah adalah peraturan masa studi lima tahun. Kemudian proses akademik yang terlalu mengekang. Gaya hidup yang hedonisme. Namun, semua itu kembali lagi ke manajemen waktu masing-masing personal.

  1. Apa solusi Anda menanggapi masalah tersebut?

Kami akan bergerak di berbagai lini, merangkul, mengintegrasi, semua kelompok yang ada di Unila. Baik dari kelompok kajian, kelompok seni dan yang lainnya. Kita akan coba membantu membangun link keluar untuk mereka. Mungkin link ke universitas di luar lampung. Kita juga akan mengoptimalisasi layanan ke mahasiswa. Baik berbasis akademik dan nonakademik. Kita akan upayakan adanya beasiswa dari BEM U.

  1. Apa visi misi Anda?

Visi misi kami adalah gerakan baru untuk Lampung dan Indonesia. Gerakan kami akan berbasis kajian strategis, berbasis media, dan berbasis massa. Dari segi kajiana strategis, BEM U hanya sebagai fasilitator. Nanti kami cari profesor dan mahasiswa yang memiliki ide dan gagasan untuk dieksplor. Media akan dimasifkan lagi, bukan hanya pemberitaan saja, tetapi lebih ke cara pembangunana sistem. Kami akan mencoba mengajak pihak rektorat untuk mengaktifkan webomatriks untuk seluruh UKM yang ada di Unila. BEM U akan memfasilitasi hal itu, baik dari segi bagaimana membuaat web yang bagus dan lain-lain. Kita akan sebar kor isu, lewat analisis permasalahan perlini supaya lebih menjaring masa yang lebih banyak.

  1. Apa harapan Anda untuk kepemimpinan BEM U selanjutnya?

BEM U akan menjadi gerakan yang sifatnya membangun, mengkritisi, dan akan lebih menggigit lagi. Baik dari segi jaringan yang kuat dan kokoh, kekeluargaan terjaga, dan gerakan yang lebih kuat lagi.

Laporan : Rika Andriani

Exit mobile version