Prof. Hasriadi Mat Akin “Menjadi Rektor Bukanlah Target Utama”

363 dibaca

up

teknokra.co: “Utamakanlah urusan akhiratmu baru duniamu,” tutur Prof. Hasriadi Mat Akin teringat pesan dari ayahnya. Pesan itulah yang selalu Hasriadi pegang sampai saat ini. Berlatarbelakang sebagai anak seorang guru ngaji, Hasriadi kecil sudah rajin belajar agama bersama anak-anak di lingkungannya.

Setiap azan magrib berkumandang, Hasriadi kecil langsung berlari menuju Surau di desanya untuk mengaji. Tanpa diperintah pun, hal tersebut sudah menjadi kebiasan baginya. Semua itu ia lakukan lantaran pesan dari Umar Yakin, sang ayah yang ingin sekali semua anaknya bisa membaca kitab suci Al-qur’an sejak kecil.

Tak hanya itu, Hasriadi kecil juga terkenal sebagai anak yang mandiri. Hal itu ia buktikan dengan semangatnya membantu kedua orangtuanya bertani di Sawah. Hasriadi kecil tak tega melihat ayahnya yang kian hari bertambah putih rambutnya, harus terus mencangkul sawah demi membiayai sekolah ia dan saudaranya.

Sepulang sekolah, Hasriadi langsung mengajak sapi miliknya dengan gerobak menuju sawah keluarganya. Rasa lelah tak pernah mengurungkan niatnya untuk ikut serta membajak sawah ayahnya. Tak puas sampai di situ, demi mandapatkan upah tambahan, Hasriadi kecil rela membajak sawah milik tetangganya dan semua upahnya ia berikan kepada ibunya.

Setelah lulus SMA, Hasriadi merantau ke Bogor, untuk melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan mengambil spesialisasi hama dan penyakit tumbuhan. Sadar akan posisi sebagai anak desa yang bertandang ke kota besar, Hasriadi mulai berpikir untuk menjadi pribadi yang lebih bertanggungjawab dan memiliki mental di tengah pergaulan yang begitu bebas.

Tak ingin masuk ke pergaulan yang salah, semasa kuliah Hasriadi memutuskan untuk aktif di berbagai organisasi kuliah. Semua itu bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan, mengingat sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Hasriadi sudah aktif mnejadi ketua kelas. “Entah mengapa, teman-teman saya di sekolah dan juga guru-guru selalu menunjuk saya sebagai ketua kelas,” paparnya mengenang. “Saya itu ketua kelas dari satu SD sampai tiga SMA, enggak pernah ganti. Alhamdulillah dengan pengalaman itu saya sudah biasa memimpin orang dari berbagai karakter,” ujarnya saat ditemui di ruangannya, Kamis (13/10). Ia juga pernah dipercaya untuk menjadi ketua pemuda dan ketua karang taruna semasa muda.

Kecintaan dengan organisasi ia buktikan dengan aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Menjadi mahasiswa yang berorganisasi, memaksa Hasriadi harus pintar-pintar membagi waktu antara kuliah dan organisasi. Tak jarang ia harus lembur sampai larut malam karena sibuk mengerjakan tugas kuliah, atau bahkan harus berdikusi bersama anggota terkait program kerja yang akan dilaksanakan.

Pengalaman itulah yang membuat Hasriadi terus memotivasi mahasiswanya agar jangan pasif di dunia kampus. Ia berharap mahasiswanya menjadi mahasiswa yang berkarakter, cerdas, santun, dan religius. Menurutnya dunia kampus adalah dunia pencarian jati diri. Jadi, bentuklah karakter yang mau bekerja keras dan memiliki kemauan yang tinggi.

Setelah menyandang gelar sarjana, Hasriadi sempat bekerja di PTPN VII yang dulu bernama PTP X sembari membantu mengajar di Fakultas Pertanian (Faperta) Unila. Lagi-lagi ia dihadapkan dengan dua pilihan, antara memilih menjadi seorang pendidik atau tetap menjadi pegawai di perusahaan. “Waktu itu tahun 1986 ada tes jadi dosen tetap Unila. Di saat yang bersamaan saya mendapatkan promosi naik pangkat di PTP tempat saya bekerja, saya justru mengambil keputusan untuk menjadi dosen di Unila,” akunya.

Menurutnya menjadi seorang dosen adalah panggilan jiwa. Lantaran saat SMA Hasriadi sangat mengagumi guru matematikanya dan berkeinginan suatu saat ingin menjadi seorang guru. Awalnya Hasriadi ragu dengan keputusan yang telah ia pilih. Ia berfikir dengan penghasilan seorang dosen, apa mungkin dirinya bisa membiayai kedua anaknya yang saat itu sedang menempuh pendidikan tinggi.

“Jika saya tetap di PTP, mungkin saya hanya memperoleh uang (harta). Tapi, jika saya menjadi dosen insyallah tiga hal yang akan saya peroleh, yaitu uang, kedudukan, serta ilmu,” Ujar alumnus IPB ini.  Melihat pengalaman kakak-kakaknya yang juga seorang pendidik, Hasriadi semakin mantap untuk mengabdi di Unila. ’’Jadi dosen itu panggilan hati aja. Terpilih menjadi rektor bukan target saya. Yang jadi target itu menjadi dosen berprestasi dan teladan,” katanya.

Belakangan, panggilan hati alumnus Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) itu terbukti benar. Prestasi Hasriadi selama menjadi dosen terbilang gemilang. Tercatat dirinya pernah menjadi dosen berprestasi I tingkat universitas di tahun 2006 dan di tahun yang sama ia terpilih  menjadi dosen berprestasi tingkat nasional. Ia pun meraih gelar doktor dari IPB dengan predikat summa cum laude.

Didikan keras pun ia terapkan bagi ke empat buah hatinya.  Hasriadi selalu menekankan kepada anaknya bahwa yang dapat merubah hidup kita adalah diri kita sendiri, bukan orangtua atau orang lain. Kebanggaan penuh ia berikan kepada keempat anaknya, putri sulungnya, Yulia Rahma Fitria, yang kini berstatus dosen di Faperta Unila dan sedang merampungkan S-3-nya di University of Queesland, Australia.

Setelah itu, tak kalah membanggakan putra kedua Chandra Prasetyo Hadi, yang umurnya baru berkepala dua telah berhasil menjadi senior oilfield engineer di perusahan perminyakan Schlumbeger, Texas, USA. Berdasarkan informasi, Chandra merupakan satu-satunya perwakilan Indonesia yang menempati posisi tersebut.

Kemudian Putra ketiganya, Muhammad Yogi Fadli, kini tengah menjalani studi koasnya untuk mendapatkan gelar dokter. Lalu ada juga si bungsu Hasril Mulya Budiman yang saat ini tengah menempuh studi di Fakultas Kedokteran (FK) Unila.

Jabatan untuk menjadi orang nomor satu di Universitas Lampung kini telah tercapai. Meskipun bukan sebuah tujuan utama, Hasriadi mengaku akan tetap mengemban amanat sebagai rektor Unila yang dapat memperbaiki kampus hijau ini. Manurutnya dengan posisi yang memiliki otoritas penuh ini, ia akan mewujudkan semua ide-ide yang selama hanya ada dalam fikirannya. “Salah satunya, saya akan menargetkan Rumah Sakit Pendidikan (RSP). Anggaran sudah kami ajukan tahun ini untuk RSP. Saya harap tidak ada halangan lagi, jadi tahun  2017 sudah dapat direalisasikan,” pungkasnya.

Sebagai cara dalam mengusung misi dan mencapai visi, Hasriadi menetapkan strategi-strategi ampuh. Seperti akselerasi peningkatan kualitas proses pendidikan dan pembinaan kemahasiswaan,  akselerasi peningkatan kualitas riset, pengabdian kepada masyarakat, dan publikasi ilmiah,  akselerasi implementasi prinsip-pirnsip good university governance dalam sistem tata kelola, serta akselerasi penguatan pendanaan dan kerja sama.

Laporan           : Rika Andriani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

nine + 12 =