Kritisi Demokrasi di Indonesia, Kober Gelar Teater “Liar Lear : Sebuah Monolog”

Foto : Teknokra/Yolanda
122 dibaca

Teknokra.co : Komunitas Berkat Yakin bersama Lab Teater Ciputat (LTC) menyuguhkan pementasan teater monolog bertajuk Lear di Gedung Teater Tertutup, Taman Budaya Lampung, pada Kamis (12/12). Monolog ini merupakan adaptasi dari lakon King Lear karya William Shakespeare, yang diperankan oleh Alexander GB. Pertunjukan ini digelar melalui program Bongkar Muat, dengan dukungan dari Manajemen Talenta Nasional (MTN) Puspernas Kemendikbud Ristek.

Alexander GB, sebagai pelakon tunggal, mengungkapkan bahwa pertunjukan ini adalah bentuk dialog yang mengkritik situasi politik di Indonesia, khususnya di Lampung. Ia menyampaikan bahwa saat ini politik kerap berjalan secara banal tanpa memperhatikan visi dan misi yang jelas, terlebih dengan adanya politik dinasti yang melemahkan nilai demokrasi.

“Pertunjukan ini menjadi alat berdialog untuk melihat bagaimana keadaan politik yang sangat banal. Salah satu sisi negatif dari politik dinasti adalah demokrasi tidak berjalan dengan baik. Jadi lakon ini sebagai upaya kritik kejam terhadap kenyataan politik di negara kita,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa kebiasaan masyarakat yang menganggap hal tidak benar sebagai sesuatu yang wajar harus dikritisi. “Kita semua lupa bahwa sesuatu yang tidak benar itu sudah menjadi hal yang wajar. Melalui pertunjukkan ini bisa berdialog untuk mengingatkan kembali bahwa tidak seperti itu dan ada yang tidak benar dalam proses demokrasi. Indonesia ini negara demokrasi maka dari itu dalam pemilihan harus sportivitas yang diutamakan dan mempunyai visi dan misi yang jelas,” jelas Alexander.

Alexander juga menyoroti ketidakpedulian pemimpin terhadap rakyat. “Memang apa pedulinya Walikota dengan warga Lampung, kepentingannya hanya untuk kampanye dan mengamankan kursi, tapi apa benar Walikota kita peduli dengan warganya dari aspek kemanusiaan,” tambahnya.

Mufid, salah satu peserta dari Klasika Kelompok Studi Kader Teater, memberikan apresiasi terhadap pementasan ini. Menurutnya, monolog Lear relevan dengan kondisi politik dan demokrasi di Indonesia saat ini.

“Keren, apalagi ini naskah adaptasi atau naskah yang mungkin sudah ada dan dirubah bentuknya. Naskah Lear ini banyak grouping lalu menjadi monolog, ini salah satu titik kerennya,” ungkap Mufid.

Ia berharap akan ada lebih banyak pertunjukan serupa yang berani memberikan kritik terhadap pemerintah, khususnya di Provinsi Lampung. “Pertunjukan ini tidak hanya sebagai hiburan, tapi juga bagian dari pendidikan. Anak muda sebagai penerus bangsa harus ikut serta menonton pentas seperti ini,” harapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

19 − six =