teknokra.co: Sebuah busur panah ditangan kanannya. Tangan kirinya mulai menarik anak panah. Matanya fokus membidik sasaran yang berjarak 70 m dari tempatnya berdiri. Tanpa perlu waktu lama, anak panah tersebut meluncur ke titik sasaran. Teknik tersebut selalu Muhammad Izzatul Haq (Menejemen’19) lakukan saat latihan memanah. Pria yang dijuluki Arjuna ini tetap menjaga performa meskipun perlombaan memanah ditunda sampai 2021.
Ia mulai menekuni panahan sejak kelas tujuh di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat SMP itu, menjadi perlombaaan panahan pertama untuknya. Sayangnya, Pria yang akrab dipanggil Zaka ini gagal meraih juara. Ia sedikit kecewa dan memutuskan tidak bermain lagi. Sebab, tidak ada tempat untuknya berlatih panahan.
“Kebetulan ekskul hanya tiga, berenang, memanah, dan berkuda. Ikutan teman geng masuk Panahan. Karena ketika SD (Sekolah Dasar) sudah privat renang, pengen coba yang baru. Tapi pas masuk jadi suka, kini jadi hobi,” ujarnya.
Dua tahun kemudian, Zaka kembali menekuni cabang olahraga panahan saat bersekolah di SMA (Sekolah Menengah Atas) Assyifa Boarding School, Subang, Jawa Barat. Sejak itu, ia giat berlatih dan kerap kali mengikuti perlombaan panahan. Sampai dia masuk 1/8 final di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) di Jawa Barat mewakili Subang 2018. Saat itu lah, ia benar-benar memutuskan untuk menjadi seorang atlet panahan. Keputusannya ini mendapatkan dukungan dari kedua orang tuanya.
Perjalanan karir pria kelahiran tahun 2001 ini tidak mudah. Zaka pernah mengidap tumor tulang di lutut pada tahun 2017. Sehingga, ia harus istirahat total selama tiga bulan. Selama enam bulan, ia baru bisa lancar berjalan seperti semula. Akibatnya, performa panahannya menurun karena tidak latihan.
Selain itu, Zaka juga pernah cedera akibat memanah. “Kalau memanah paling cidera dikit aja, paling sekedar memar-memar karena kejepret tali. Memanah ada standar keamanannya, jadi insyaallah aman-aman aja,” ucapnya.
Selain perlombaan Porprov di Jawa Barat. Pria asal Bandung ini juga pernah menyabet Juara 3 ketegori Regu Recurve 70 m Putra dalam Kejuaraan Panahan Nasional Jakarta Timur pada Oktober 2019 lalu.
Zaka mengagumi sosok Lee Woo Seok, atlet panahan asal Korea Selatan. Ia kerap kali menonton aksi memanah Lee Woo Seok melalui media sosial Youtube.
“Teknik nembaknya keren (Lee Woo Seok). Sering juara termasuk medali emas olimpiade junior, tapi humble,” ujarnya.
Saat ini Zaka bergabung dengan Tops Archery Club dan Radin Inten Club. Setiap libur kuliah, ia berlatih panahan di Candimas, Natar, Lampung Selatan. Tetapi, waktu latihannya sering terpotong karena menyesuaikan dengan tugas kuliah.
Setelah menggeluti cabang olahraga Panahan, kini menjadikan Zaka pribadi yang lebih fokus, tenang, dan berhati-hati dalam mengerjakan suatu hal. “Saya bisa menyibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat di waktu kosong, jadi lebih bisa mengatur waktu,” pungkasnya.
Mahasiswa kelas internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini, pernah berniat masuk jurusan Penjaskesrek. Namun, ia memilih jurusan Menejemen, sebab cita-citanya menjadi pengusaha.
Ia mengatakan sudah menggeluti dunia usaha bersama temen-temannya sejak SMA. “Dulu, ketika masih di asrama, saya bareng teman-teman usaha kuliner malam. Tapi karena siswa nggak boleh keluar malam, kami kerja sama dengan rumah makan dekat asrama untuk orderan malam,” katanya.
Lalu, tiga tahun berselang, Zaka mulai masuk dunia perkuliahan. Ia sempat berfikir berhenti menjadi atlet panah.
“Sempat juga (berpikiran untuk berhenti), mikir lagi pas masa-masa kuliah, soalnya kuliah cukup berat terus kemarin ikut seleksi Pra PON (Pekan Olahraga Nasional) Lampung belum lolos juga,” ucapnya
Tetapi hal tersebut tidak ia lakukan. Sebab, ia memiliki keinginan untuk menjadi atlet panah perwakilan Lampung dalam Pelatihan Nasional (Pelatnas) Memanah.
“Itukan target, dari SMA benar-benar antusias. Kalau kesampaian, ya Alhamdulillah. Kalau belum mungkin nanti saya teruskan ke anak saya. Kalau cita-cita utama tetap jadi pengusaha,” ujarnya.
‘Hidup itu singkat, jadikanlah bermakna’ merupakan motto dalam hidup Zaka. Menurutnya, kalimat tersebut dapat memotivasi dirinya supaya tidak menyia-nyiakan waktu dan terus berusaha.
Penulis Sri Ayu Indah Mawarni
Catatan redaksi tulisan ini dimuat juga di Tabloid Teknokra edisi 160