Bahas Masyarakat Adat, BEM FH Unila Ajak Nobar dan Diskusi Film “The Indigenous”

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum (FH) Universitas Lampung (Unila) mengajak civitas akademika untuk nonton dan diskusi film dokumenter “The Indigenous” di Student Lounge FH Unila, pada Kamis, (7/9). Foto : Teknokra/ Putra Alam Apriliandi
502 dibaca

Teknokra.co : Masyarakat adat sering kali dianggap primitif atau bahkan ketinggalan zaman oleh sebagian orang. Padahal, mereka memiliki kearifan lokal yang sangat berharga serta harus dihormati. Munculnya stigma buruk, yang menyebabkan ketidakadilan terhadap masyarakat adat, serta mengurangi keberagaman budaya yang dimilikinya.

Dalam upaya melawan stigma tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum (FH) Universitas Lampung (Unila) mengajak civitas akademika untuk nonton dan diskusi film dokumenter “The Indigenous” di Student Lounge FH Unila, pada Kamis, (7/9).

Film dokumenter yang mengisahkan peneliti masyarakat adat dan agama leluhur yang melakukan pembuktian dengan perjalanan ke masyarakat adat Daya Luhur di Cilacap, Jawa Tengah dan Dayak Iban di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Sebagai pembicara, Dosen Sosiologi Fisip Unila, Fuad Abdulgani, memberikan tanggapannya terkait pengalaman hidup dan proses kehidupan masyarakat adat.

Menurutnya, peran utama masyarakat adat terletak pada kesadaran untuk menjalani kehidupan yang harmonis dengan alam dan manusia sejatinya hanya dapat eksis di alam semesta.

“Satu hal yang penting adalah kita bisa hidup saat ini karena kerja keras dan jerih payah dari generasi-generasi yang telah mendahului kita dan masyarakat adat tahu betul bagaimana untuk mengelola kehidupan yang harmonis dengan alam diekspresikan melalui ritual ritual mereka,” katanya.

Turut hadir, Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS), Febrilia Ekawati. Menurutnya, makna film tersebut ialah tingginya tingkat keberadaban yang dimiliki masyarakat adat.

Ia berujar, bahwa adat secara langsung terkait dengan adab, yang merupakan perilaku terhadap alam dan rasa syukur terhadap karunia Tuhan.

Tak hanya itu, nilai peradaban masyarakat adat sangat melekat, meskipun beberapa aspek dianggap sebagai mitos, namun sebenarnya hal tersebut dapat berperan dalam pelestarian alam.

Sementara itu, Peneliti Program Kajian Kebijakan dan Perlindungan (PKKP) Hak Asasi Manusia (HAM) FH Unila, James Reinaldo Lumpia mengatakan, mengenai hubungan antara manusia dan ekologi, kolom agama sering kali mengabaikan aspeknya. Dan sebelum Indonesia terbentuk, masyarakat adat yang sudah lebih dulu hadir dan kehadirannya mereka sangat membuat Indonesia ketergantungan.

Tak hanya itu, pada masyarakat adat memiliki wawasan yang praktis diberbagai bidang yang mereka kuasai.

“Bagi masyarakat adat, agama membahas hal-hal yang bersifat material, seperti gagasan-gagasan yang nyata, bukanlah gagasan tentang leluhur atau roh. Selain itu, masyarakat adat juga memiliki pengetahuan praktis dalam berbagai bidang, seperti desain rumah dan cara memperoleh makanan,” pungkasnya.

Exit mobile version