Berikan Pendidikan Konservasi dan Ekowisata Badak Sumatera dan Jawa, Unila Adakan Pengabdian Masyarakat Virtual

314 dibaca

teknokra.com: Universitas Lampung bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Ujung Kulon dan SMK Negeri 3 Pandeglang gelar pengabdian kepada masyarakat daring melalui panel Zoom Meeting tentang “Pendidikan Konservasi dan Ekowisata Badak Sumatra dan Badak Jawa”, pada Senin (14/6).

“Semua yang kita lestarikan, semua yang kita lindungi, tetap kita manfaatkan. Tetapi pemanfaatan tersebut harus berdasarkan kepada kemampuannya,” ujar Prof. Sugeng P. Harianto, Guru Besar Konservasi Universitas Lampung.

Ia menjelaskan bahwa penyelenggaraan kehutanan dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan bertujuan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat dengan mengoptimalkan fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi.

Ketua Tim Konservasi Universitas Lampung, Bainah Sari Dewi, mengatakan bahwa populasi Badak Sumatera di dunia tahun 2012 hanya tersisa 300 ekor, sedangkan populasi Badak Sumatera di Sumatra tahun 2012 ditaksir tersisa 200 ekor. Badak Sumatera terdistribusi di Malaysia, Thailand, dan Indonesia.

“Untuk di Indonesia, Badak Sumatera terdistribusi di Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Way Kambas, dan Taman Nasional Kerinci Seblat,” jelasnya.

Staf Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Mochamad Syamsudin menjelaskan potensi keanekaragaman hayati di Taman Nasional Ujung Kulon memiliki beberapa tipe vegetasi seperti hutan pantai, hutan mangrove, hutan rawa air tawar, hutan hujan tropis dataran rendah, dan padang rumput. Taman Nasional Ujung Kulon memiliki 700 jenis flora, 35 jenis mamalia, 5 jenis primata, 240 jenis burung, 59 jenis reptilia, 22 jenis amphibia, 142 jenis ikan, dan 33 jenis terumbu karang.

“Program perlindungan dan pengamanan di Taman Nasional Ujung Kulon meliputi Masyarakat Mitra Polhut (MMP-TNUK), Rhino Protection Unit (RPU-TNUK), dan Marine Patrol TNUK. Ketiga program tersebut melibatkan masyarakat lokal,” pungkasnya.

Penulis: Widya Dara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

nineteen + fifteen =