Diskusi dan Nonton Bareng Debat Kandidat Pilkada Lampung 2024

55 dibaca

Teknokra.co – Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung (Unila) berkolaborasi dengan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) dan Komunitas Panal Dinamis, mengadakan nonton bareng (nobar) dan diskusi publik terkait debat kandidat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Lampung 2024 pada Minggu (13/10). Acara yang dilaksanakan di Lamban Akas HMI, Kemiling, Bandar Lampung ini dihadiri oleh tim pemenangan dari Pasangan Calon (paslon) nomor urut 01 dan 02, pengamat politik, serta akademisi.

Budi Harjo, Pengamat Politik sekaligus Dosen Universitas Lampung (Unila), memberikan apresiasi terhadap penyampaian gagasan dan visi-misi dari para calon. Namun, ia menilai perdebatan kali ini kurang menyentuh permasalahan inti dan solusi yang diharapkan publik.

“Narasi yang disampaikan belum memiliki komitmen yang kuat, dan terasa normatif. Debat ini bisa menjadi proses pembelajaran, namun para calon harus lebih tegas dalam menawarkan solusi konkret kepada publik,” ujarnya.

Watoni Noerdin, tim pemenangan dari paslon nomor urut 01, mengapresiasi aturan debat yang menurutnya sudah baik, terutama terkait segmen pembangunan transportasi laut dan kereta api, seperti proyek pengembangan pelabuhan.

“Kita boleh melanjutkan program yaitu pemecahan dan perbaikan secara signifikan sampai segmen terakhir perlu pembenahan,” tambahnya.

Sementara itu, Amelia Nanda Sari dari tim pemenangan paslon nomor urut 02, menilai bahwa masing-masing calon telah menyampaikan visi-misi dengan gaya berbeda.

“Dari performa 01 berbicara tentang pengalaman yang sudah didapat dan Gagasan 02 yang juga memiliki

Pengalaman keterwakilan dan sudah pernah menduduki kursi legislatif. Sehingga memungkikan kedua paslon memiliki citranya sendiri dalam menarik publik,” jelasnya.

Tak hanya itu, Ridwan Syuhada perwakilan lembaga GMNI, juga merasa debat kali ini kurang memuaskan. Ia menilai bahwa masalah yang ada di Provinsi Lampung belum diangkat secara mendalam.

“Ini bukan seperti debat, poin-poin perdebatan itu gak muncul kedua paslon cenderung formatif dan hanya mencari popularitas saja dengan hanya mengenalkan visi misi awal dan belum mmeberikan solusi yang konkrit,” ungkapnya.

Ia berharap debat selanjutnya dapat lebih tajam dalam mengeluarkan gagasan dan argumen, terutama mengingat pemilih dari kalangan generasi muda, khususnya Gen Z, mencapai 40 persen dari total pemilih.

“Debat selanjutnya seharusnya lebih fokus pada argumen yang membangun, bukan serangan personal, tapi benar-benar solusi untuk Lampung,” tutupnya.

Exit mobile version