Teknokra.co : Kesehatan mental di lingkungan kampus sering menganggap tidak ada masalah dan menutup diri tanpa menceritakan ke orang lain atau memendam sendiri. Hal ini diungkapkan oleh Moch Johan Pratama selaku Praktisi Psikolog dan Dosen Universitas Lampung (Unila) dalam acara diskusi dengan tema “Merangkul Kesehatan Mental sebagai Katalisator Untuk Kesetaraan Kampus” di Taman Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) pada Kamis, (26/10).
“Kesehatan mental itu bukan hitam putih, tapi gradasi. Setiap orang punya masalah,” ungkapnya.
Johan menjelaskan, setiap orang punya masalah yang berbeda yang berarti gradasi yang berbeda juga. Dirinya menjelaskan ada banyak orang yang punya banyak keluhan namun selalu merasa tidak terjadi apa-apa dan tak kunjung cerita kepada sesamanya.
“Jangan hambat kita seolah punya masalah, kita menganggap tidak ada masalah dengan menutup dengan bilang aman,” jelasnya.
Dirinya mengatakan, saat sesi tanya jawab mahasiswa membutuhkan perhatian dari orang sekitar. Oleh karena itu baiknya saling membantu ketika ada seseorang yang sedang terlihat membutuhkan perhatian harus peka terhadap hal itu
“Artinya kebutuhan perhatian itu sangat mendominasi di kalangan mahasiswa,” katanya.
Johan menjelaskan pujian atau kritikan itu bukan dilihat dengan cara penyampaiannya tapi melihat dari motifnya. Pujian atau kritikan harus berdasarkan, jika seseorang menyampaikan pujian atau kritik tanpa motif adalah kebohongan.
“Contoh tanggapan yang salah yaitu merespon dengan “yang sabar ya,” pungkasnya.