Teknokra.co: Diskusi “Pengadilan Cerpen” yang digelar oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) dan UKM-F Kelompok Studi Seni (KSS) FKIP Unila mengkritik tajam putusan juri pada kompetisi cerpen Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Provinsi (Peksimprov) Lampung tahun 2022.
Diskusi di ruang sidang Gerha Kemahasiswan Unila pada Kamis (8/9) tersebut, menyayangkan buruknya kompetensi para juri dalam lomba cerpen yang diselenggarakan di Universitas Teknokrat Indonesia (UTI).
Tak hanya itu, kedua UKM bidang kesenian tersebut juga mengkritik Badan Pembina Seni Mahasiswa Indonesia (BPMSI), yang dianggap lalai mengawasi Universitas Teknokrat sebagai tuah rumah Peksimprov.
Hislat Habib, sastrawan Lampung yang hadir menjadi salah satu pembicara, mengkritik naskah pemenang pilihan juri. Menurutnya, Sejumlah naskah cerpen yang jadi pemenang Peksimprov dianggap tak layak jadi juara.
“Saya pribadi, membandingkan keputusan juri dengan apa yang saya baca, maka saya berpendapat sebagai pembaca kritis, tidak sepakat dengan apa yang juri putuskan,” katanya.
Secara spesifik, ia menanggap naskah juara tiga berjudul “Omah” merupakan naskah dengan kualitas tulisan yang buruk.
“Jika dibandingkan dengan lima naskah yang saya terima, pemenang ketiga (berjudul) ‘Omah’ itu sangat tidak layak sekali,” kritiknya tajam.
Selain Omah, naskah berjudul “Perang Terakhir yang Terayun Pagi itu” juga ikut mendapat kritik, menurutnya cerpen tersebut gagal menuturkan konflik cerita yang jelas.
“Saya kulik-kulik dan ternyata saya bandingkan dengan cerpen saya, pada akhirnya malah kesimpulannya lebih parah, saya tidak bisa menemukan konflik apa yang disampaikan oleh penulis di cerpen tersebut,” pungkas Habib.