Diskusi Pojok Fisip Unila Bahas Tradisi Adat Batak

Diskusi Pojok Fisip Universitas Lampung (Unila) bahas kolektivitas tradisi adat Batak pada (5/2). Foto : Teknokra/Sintia Enola
265 dibaca

Teknokra.co : Kolektivitas dalam budaya Batak, memiliki semangat yang dibangun dan mempunyai solidaritas yang kuat. Adanya potensi aksi sosial dalam tradisi dan budaya merupakan hal yang penting untuk didalami.

Adat Batak juga menjadi intstrumen sekaligus narasi untuk menguatkan perjuangan kolektif dalam melawan investasi dari luar untuk industriliasisasi lainnya.

Dalam diskusi komunitas pojok Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Lampung (Unila) dua pemantik, Fuad Abdulgani, Peneliti dan dosen Sosiologi Unila dan Freddy Sihaloho, Ketua Punguan Laho Raja, Boru, Bere/Ibebere Bandar Lampun, menjadi topik utama “Kolektivitas Dalam Tradisi Batak”

Fuad membagikan pengalamannya sebagai peneliti dan dosen sosiologi Fisip Unila. Ia meneliti pelaksanaan food estate di Kabupaten Humbang Hasundutan pada tahun 2022. Dirinya mengakui senang menjadi apresiator budaya dan makanan Batak.

“Jadi saya keliling di tiga kabupaten untuk mencari tahu tentang pelaksanaan food estate, nah dari pengalaman pertama yang membuka mata saya bahwa, ternyata tanah Batak itu sempat mengalami banyak dinamika,” katanya.

Fuad menjelaskan, sejak zaman kolonial tanah Batak atau Sumtera Utara menjadi tonggak utama dalam sejarah, khususnya sejarah gelombang penetrasi kapitalisme.

“Perubahan-perubahan di pesisir Timur itu kemudian merengsek masuk ke dataran tinggi tempat asalnya suku bangsa Batak yang berada di sekitaran Toba kemudian mengalami banyak sekali perubahan,” jelasnya.

Sementara itu Freddy juga mengungkapkan, sering sekali kalau membicarakan soal adat, dilihat sebagai sesuatu yang sudah mutlak dari leluhur padahal kalau ditelisik lebih jauh adat itu, di manapun akan senantiasa mengalami perubahan sesuai konteks zaman nya.

“Di satu sisi memang ada keburukan di dalam tradisi batak di tengah perubahan tapi kalau dilihat lebih luas lagi antara masyarakat  yang banyak suku bangsa di indonesia itu fenomenanya umum terjadi di mana-mana,” pungkasnya.

 

Exit mobile version