Jelang Pemilu 2024, Bawaslu dan Jurnalis Lampung Jaga Independensi

Bawaslu dan Jurnalis Lampung bahas independensi jelang Pemilu 2024, Foto: Teknokra/Cindy Putri J.S
394 dibaca

Teknokra.co: Bawaslu Tingkat provinsi Lampung dan tingkat kota Bandar Lampung, bersama jurnalis dari Aji Bandar Lampung dan Tribun Lampung berdiskusi soal independensi media dalam seminar yang diselenggarakan oleh HMJ Ilmu Pemerintahan & LPM Republica Fisip Unila, pada Sabtu (8/10).

Seminar yang diselenggarakan di gedung B Fisip Unila tersebut mengangkat tema “Pola Koordinasi dan Pengawasan Bawaslu Terhadap Independensi Jurnalis pada Masa Persiapan Pemilu 2024 di Provinsi Lampung”.

Diskusi tersebut menyoroti pentingnya independensi media jelang tahun politik, terutama di wilayah Lampung. Media dianggap memiliki peran penting dalam melakukan fungsi pengawasan publik.

Ketua Aji Bandar Lampung, Dian Wahyu Kusuma dalam pembicaraannya menyinggung soal masalah yang kerap kali terjadi di masa Pemilu. Seperti halnya politisasi isu sara, disinformasi, politik uang dan berbagai isu lainnya.

Oleh sebab itulah ia meminta media dan Jurnalis ikut berperan andil dalam memerangi hoax politik. Ia juga mendorong media untuk tetap bersikap independen selama masa Pemilu.

“Artinya media harus bersifat netral agar dapat di percaya oleh masyarakat,” ujarnya.

Selain Dian, terdapat jurnalis lain yang ikut hadir dalam diskusi tersebut. Jurnalis tersebut ialah Yoso Muliawan yang merupakan manajer liputan Tribun Lampung. Dalam diskusi tersebut, Yoso mengungkapkan bahwa kerap terjadi hal-hal yang melenceng selama pelaksanaan Pemilu di Lampung.

“Pemilu 2014 itu sering disebut sebagai Pilgub gula. Karena ada satu calon yang melakukan politik uang dengan cara membagi-bagikan gula. Itu terjadi dan itu kami beritakan,” ungkapnya.

Oleh sebab itulah, Yoso mendorong media yang ada di Lampung untuk membantu pemilih dalam mengawasi rekam jejak calon pejabat yang berkontestasi.

“Rekam jejak calon itu kita perlukan untuk kita memilih seperti apa calon yang berkualitas, karena salah memilih lima menit dibilik suara itu menentukan nasib lima tahun kedepan,” katanya.

Suheri, perwakilan Bawaslu Provinsi Lampung yang hadir dalam diskusi tersebut, menganggap relasi antara media dan Bawaslu dalam pengawasan Pemilu bak dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Ia meminta semua pihak untuk bersikap pro aktif dan tak apatis.

“Oh saya nggak kenal sama calonnya, saya nggak kenal sama partainya. Keapatisan ini yang membuat mereka pelaku Pemilu membabi buta, akhirnya (terjadi) monopoli politik,” katanya.

Ia kemudian mengajak mahasiswa untuk berpartisipasi dalam melakukan pelaporan kecurangan Pemilu. Menurutnya, Bawaslu menjamin identitas dan privasi pelapor akan terjaga.

“Setiap hal-hal (bermasalah) yang terjadi dalam Pemilu laporkan, yakin saja pasti kita rahasiakan identitas dari pelapor,” terusnya.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Ketua Bawaslu Kota Bandar Lampung, Candrawansah. Bawaslu disebut membuka call centre bagi masyarakat yang ingin melapor. Ia juga mendorong semua warga menggunakan hak pilih yang dimiliki.

“Semuanya harus terlibat dalam politik tanpa terkecuali,” ujar Candrawansah.

Exit mobile version