Mamak Lawok, Pelestari Tradisi Lisan Hahiwang asal Pesisir Barat

398 dibaca

teknokra.com: Mamak Lawok adalah seorang seniman yang berasal dari Hanura, Sumur Jaya, Kecamatan Pesisir Barat. Seniman yang akrab juga dipanggil Kakek Musri ini mendalami tradisi lisan Hahiwang sejak usia 20 tahun.

“Hahiwang yaitu sastra lisan khas Lampung. Hahiwang terbagi menjadi Hahiwang agama dan adat. Hahiwang agama berisi syariat dan ajaran-ajaran Islam yang ditampilkan saat memperingati hari-hari besar agama Islam,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa Hahiwang adat berisi ketentuan adat tentang silsilah, perkawinan, dan lain sebagainya yang ditampilkan pada acara begawi adat.

Aktif berdedikasi atas pelestarian sastra lisan Hahiwang, hingga kini ia telah menyabet beberapa penghargaan. Salah satu penghargaannya yaitu Anugerah Kebudayaan Indonesia 2020 dari Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sebagai generasi penerus sekaligus keturunan kelima pelestari Hahiwang, di rumahnya tersimpan karya sastra lisan Hahiwang warisan nenek moyang yang ditulis di kulit kayu.

“Hahiwang ini adalah sastra lisan Lampung yang harus tetap dilestarikan agar tidak punah,” ungkapnya.

Namun sangat disayangkan hingga kini belum ada anak cucunya yang mewarisi keahlian dalam tradisi lisan Hahiwang ini.

“Saya sangat terbuka dan siap mengajarkan tradisi lisan Hahiwang, jika anak muda benar-benar mau belajar Hahiwang,” terangnya.

Menurut penuturan sang istri, yakni Suharti, saat ini Mamak Lawok tengah beristirahat dari aktivitasnya dalam membaca sastra lisan hahiwang karena mengalami struk ringan yang membuatnya kesulitan dalam berbicara.

“Belum bisa membaca sastra lisan Hahiwang karena durasinya cukup lama namun beliau masih bisa mengajarkan bagaimana cara menulis Hahiwang jika ada yang mau belajar,” pungkasnya.

Penulis: Amalia Sabilla Muhtar

Exit mobile version