teknokra.co: Hari kedua Teknokra Jejama 2016 yang dilaksanakan di hotel Kridawisata Minggu (16/10/2016), dilanjutkan dengan pelatihan Jurnalisme Data yang diisi oleh Ahmad Nurhasim (Ketua Aliansi Jurnalistik Independen Jakarta, Editor Tempo).
Menurut penuturan Ahmad, jumlah wartawan jurnalisme data tidak terlalu banyak, bahkan dikalangan Asia hanya segelintir media yang sudah mempraktikkan jurnalisme data. Sedangkan di Indonesia sendiri yang ada baru visualisasi data. Jurnalisme data, menurut Ahmad memiliki manfaat bagi jurnalis, diantaranya adalah agar jurnalis tidak perlu menganalisis narasumber atau ahli, berita yang ditampilkan juga bukan hanya narasumber tetapi juga analisis berdasarkan data yang akurat dan berpotensi melahirkan karya yang lebih akurat karena berbasis dari data. Para jurnalis data juga mampu menggambarkan ‘big pictuere’ dari suatu masalah.
Proses jurnalisme data ini terbilang proses yang rumit. Perlu adanya mencari angle yang baik untuk menganalisis sebuah data. Adapun tantangan dalam jurnalisme data ini adalah belum banyaknya data pemerintah yang di buka, dan kapasitas jurnalis dalam aspek pengetahuan dan ketrampilan mencari,mengolah,sampai memvisualkan data, serta dukungan institusi media.
Ahmad menjelaskan saat ini sudah ada open data yang lebih mempermudah mencari data. Sebelum adanya open data, informasi diberikan jika diminta oleh masyarakat. Ahmad memberikan beberapa gambaran, seperti kasus mengenai pemerintah yang membuka data tentang kasus pembunuhan. Open data sebelumnya data dibuka hanya dibuka jika ada yang meminta tetapi sekarang ada dorongan data diminta atau tidak oleh masyarakat data itu harus dibuka. Karena data itu dapat digunakan oleh masyarakat atau peneliti yang akan memberikan input kepada pemerintah.
Pelatihan pada hari ini memang terlihat sangat serius sekali, Ahmad juga langsung memberikan praktik tentang proses mencari data dan bagaimana mencari data dengan angle yang baik.
Laporan: Silviana