Opini : Paradigma Politik Machiavelli dan Dinamika Politik Ala Mahasiswa di Kampus

Ilustrasi : Ghraito Arip H, Mahasiswa Unila Jurusan Ilmu Hukum, Angkatan 2020
577 dibaca

Teknokra.co : Pasca jatuhnya Gonfalonier Piero Soderini, seorang diplomat yang disingkirkan dari gerbang kekuasaan Firenza yang berkilau kala itu, karir politiknya harus dibayangi kenyataan pahit. Keluarga Medici yang baru, dibentuk untuk mempercayai bahwa ia adalah bagian dari konspirasi politik yang berbahaya. Alhasil, ia bernasib sama seperti Soderini yang diusir dari panggung kekuasaan. Ia adalah Niccolò Machiavelli. Dalam ketenangan desa asalnya Cassiano, Machiavelli menceritakan kesulitan yang dialami semasa di istana. Ia menciptakan kitab suci politik karya babon politik “The Prince” yang hampir 500 tahun silam, menjadi referensi bagi semua orang yang mempelajari cara kerja kekuasaan.

Politik merupakan aspek penting dan tak luput dalam kehidupan manusia, dan keberadaannya pun tak hanya terbatas pada ranah pemerintahan nasional. Bahkan dalam lingkungan kampus, politik memainkan peran penting. Ketika membahas mengenai politik kampus, maka tak akan bisa terhindar dari perbandingan prinsip-prinsip yang telah diajarkan oleh Niccolò Machiavelli, sang filsuf politik terkenal.

Mahasiswa yang memahami prinsip Machiavellian dalam politik kampus sering kali menerapkan strategi “cerdik” dan kebijakan pragmatis. Mereka mungkin membentuk aliansi dengan setiap individu yang berpengaruh dengan menggunakan diplomasi untuk mempengaruhi kebijakan kampus, bahkan bersedia mengambil tindakan kontroversial untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Namun perkataan Machiavelli perlu diingat, bahwa pendekatan pragmatis ini dapat menimbulkan dilema etika dan moral.

Mahasiswa yang hanya mementingkan kekuasaan dan tujuan pribadi tanpa memperhatikan kesejahteraan serta kebaikan bersama, dapat menimbulkan konflik di lingkungan kampus. Oleh karena itu, dalam politik kampus mahasiswa harus menemukan keseimbangan antara strategi Machiavellian, dengan etika yang kuat, sehingga dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan dalam kampus, yang diibaratkan sebagai lingkaran kawah candradimuka mahasiswa.

Beberapa kejadian yang menimpa, hal itu dapat melihat penerapan prinsip-prinsip politik Machiavellian dalam lingkungan kampus. Misalnya, beberapa calon pimpinan organisasi mahasiswa memberikan sejumlah janji manis yang tak realistis demi menarik perhatian pemilih. Bahkan, tak sedikit dari mereka  yang menggunakan cara-cara buruk, seperti halnya menyebarkan rumor palsu serta menawarkan sejumlah uang atau tindakan suap demi mendapatkan keuntungan dalam dunia politik kampus yang sangat kompetitif.

Namun perlu diingat, bahwa pendekatan politik Machiavelli juga tak selalu negatif. Dalam situasi tertentu, penerapan prinsip Machiavellian dapat menjadi alat yang efektif dalam mencapai tujuan positif. Misalnya, mahasiswa yang menggunakan taktik Machiavellian dapat mengungkap pemerintahan yang korup di kampus. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa jadi bijak menerapkan metode politik Machiavellian dalam politik kampus. Namun, hal ini bukan suatu kewajiban, melainkan prinsip-prinsip Machiavelli dapat berfungsi berdasarkan konteks dan tujuan.

Yang perlu diperhatikan dalam menerapkan politik Machiavelli pada ranah politik kampus, termasuk memastikan bahwa tujuan politik mereka jelas dan positif, yakni dengan tujuan yang baik. Dengan tujuan yang baik, akan membawa manfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan warga kampus.

Selain itu, taktik politik yang digunakan juga harus sejalan dengan tujuan yang diinginkan. Jika tujuannya untuk mencapai kebaikan, maka taktik yang digunakan juga harus etis dan sesuai. Hasil dari taktik politik yang diterapkan, juga harus dipertimbangkan dengan saksama, dan mahasiswa juga harus bersedia bertanggung jawab atas konsekuensi dari tindakan politik. Dengan memperhatikan sejumlah prinsip tersebut, mahasiswa dapat menggunakan politik Machiavelli secara bijak dan bertanggung jawab pada lingkungan kampus.

Dalam politik kampus, mahasiswa juga harus memahami, bahwa prinsip politik Machiavellian bukan sebagai pedoman yang harus dipatuhi secara ketat, melainkan sebagai alat yang dapat digunakan berdasarkan situasi dan kondisi. Mahasiswa juga harus menggunakan strategi yang cerdas dan realistis untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini termasuk upaya dalam membangun hubungan dengan setiap individu, yang dapat berpengaruh dalam mendukung upaya politik dengan menggunakan diplomasi untuk mempengaruhi kebijakan kampus, serta membuat kompromi yang menguntungkan semua pihak.

Sambil menerapkan taktik Machiavellian, mahasiswa juga harus selalu mengingat perlunya etika dan moral yang baik dalam politik kampus. Konflik akan selalu muncul  bagi setiap kalangan yang hanya fokus pada kepentingan pribadi tanpa mempedulikan kepentingan bersama. Oleh karena itu, perlu ada keseimbangan antara upaya mencapai tujuan pribadi dan kontribusi positif terhadap kehidupan kampus.

Dalam beberapa kasus, prinsip Machiavelli diterapkan secara negatif dalam politik kampus, misalnya melalui janji-janji tak realistis atau dengan taktik kotor. Namun, hal itu perlu disadari, bahwa akan ada masanya penerapan prinsip Machiavellian dapat membawa perubahan positif. Untuk itu mahasiswa harus bijak dalam menerapkan pendekatan politik Machiavellian di lingkungan kampus. Mereka harus memiliki tujuan politik yang jelas dan positif, serta tak hanya menguntungkan secara pribadi, tetapi menguntungkan seluruh warga kampus, terkhusus mahasiswa. Taktik yang digunakan harus konsisten dengan tujuan tersebut, dan mahasiswa harus siap menerima konsekuensi dari tindakan politiknya. Oleh karena itu, politik Machiavellian dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk membawa perubahan positif dalam lingkungan akademik.

Politik kampus merupakan bidang penting yang berdampak pada kehidupan mahasiswa dan dinamika kampus. Perbandingan dengan prinsip Machiavellian menyoroti perlu adanya kearifan dan pemahaman mendalam dalam menyikapi tantangan politik di lingkungan kampus. Mahasiswa juga harus memiliki gagasan yang jelas tentang tujuan politik dan juga mempertimbangkan implikasi etis dari taktik politik yang digunakan.

Prinsip Machiavellian dapat membantu mahasiswa menciptakan perubahan positif, jika hal itu digunakan secara bijak, seperti memerangi korupsi dan meningkatkan kualitas pendidikan. Namun harus selalu dipastikan, bahwa tindakan harus sejalan dengan tujuan yang baik dan beretika serta siap bertanggung jawab atas akibat dari tindakan politik.

Dengan menyeimbangkan strategi politik yang cerdas dengan etika yang kuat, mahasiswa dapat memberikan kontribusi penting dalam membangun lingkungan kampus yang lebih baik. Kebijakan kampus yang masuk akal dan bertanggung jawab mempunyai manfaat jangka panjang bagi semua pihak, terutama mahasiswa, dan membantu menciptakan lingkungan akademik yang lebih harmonis dan produktif.

Opini ini ditulis oleh Ghraito Arip H, Mahasiswa Unila Jurusan Ilmu Hukum, Angkatan 2020.

Penulis: Ghraito Arip H, Mahasiswa Unila Jurusan Ilmu Hukum, Angkatan 2020.Editor: Sepbrina Larasati
Exit mobile version