Seaspiracy : Keserakahan Manusia Ancam Ekosistem Laut

Kegiatan nonton bareng (nobar) dan diskusi film dokumenter "Seaspiracy" di Sekretariat Teknokra "Saidatul Fitria" pada Minggu, (12/11). Foto : Teknokra/ Rifa Ginaya Syahnaz
600 dibaca

Teknokra.co : Keserakahan manusia dengan menangkap banyaknya jumlah ikan demi memenuhi kebutuhan pangan, ditambah alat penangkapan ikan yang juga tidak ramah lingkungan akan mengancam ekosistem laut, jika pembiaran tersebut dilakukan terus menerus.

Hal itu disampaikan oleh salah satu kru Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra, Neza Puspita Tarigan (Ilmu Komunikasi’21) dalam kegiatan nonton bareng (nobar) dan diskusi film dokumenter “Seaspiracy” di Sekretariat Teknokra “Saidatul Fitria” pada Minggu, (12/11)

“Keserakahan manusia terjadi karena semakin banyak populasi manusia setiap tahunnya, maka dari itu dilakukan segala cara untuk menangkap ikan yang banyak untuk memenuhi kebutuhan manusia,” katanya.

Munculnya konflik dalam film Seaspiracy terjadi, ketika para nelayan dan aktivis lingkungan berhadapan dengan industri perikanan yang tidak bertanggung jawab di wilayah Jepang. Para nelayan Jepang kesulitan mencari ikan di lautan, lantaran stok ikan semakin menipis akibat dari overfishing dan praktik-praktik perikanan yang merusak lingkungan.

Di sisi lain, para aktivis lingkungan berusaha untuk mengungkap kebenaran tentang industri perikanan yang seringkali menggunakan praktik-praktik ilegal. Dalam film ini, juga berusaha menyadarkan masyarakat akan dampak buruk dari industri perikanan yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan dan konsumen.

Diperlihatkan ketegangan antara para nelayan, aktivis lingkungan, serta para pihak yang terlibat dalam industri perikanan dalam film ini. Penggambaran masalah yang kompleks dalam film, berkaitan dengan perikanan dan pengaruhnya terhadap keberlangsungan makhluk hidup.

Sementara itu, kru Teknokra lainnya juga ikut berpendapat, yakni Revina Azzahra (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia’21). Dirinya prihatin terhadap pemerintah Jepang yang melegalkan penangkapan ikan dengan alat penangkapan yang merusak ekosistem laut, serta aparat penegak hukum Jepang yang bungkam dalam hal ini.

“Pemerintah Jepang menghalalkan penangkapan ikan, kemungkinan orang hebat di Jepang menyogok polisi agar tutup mulut karena mayoritas masyarakat jepang mengonsumsi ikan,” ungkapnya.

Di akhir diskusi, ditutup oleh kru Teknokra, Dede Maesin (Pendidikan Bahasa Prancis’21). Dede menutup diskusi, dengan menekankan pentingnya mendesak pemerintah dalam membuat peraturan kelautan yang lebih ketat, untuk mencegah kegiatan ilegal yang mengancam dan merusak ekosistem laut.

Exit mobile version