Sindir Pimpinan Unila, Rocky Gerung Cerita Soal Babi Hutan

559 dibaca

Teknokra.co: saat mengisi diskusi publik bersama Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (BEM FEB) Unila, pada Kamis (14/9). pengamat politik, Rocky Gerung mengaku kecewa dengan sikap pimpinan kampus Unila yang melarang BEM FEB menggunakan fasilitas kampus untuk penyelenggaraan diskusi tersebut.

Akibatnya, diskusi harus dilakukan diluar kampus, yakni di Gedung Serbaguna (GSG) Pahoman, yang sebelumnya akan dilaksanakan di gedung Pascasarjana FEB Unila.

“Saya kecewa karena merasa dibohongi oleh pihak Universitas Lampung,” Ujarnya.

Rocky kemudian menceritakan pengalaman dirinya mendaki gunung Tanggamus di Lampung. Saat itu, ia melihat gerombolan babi hutan yang melewati tenda penginapan mereka.

Babi-babi tersebut, kata Rocky hanya peduli dengan jalur mereka untuk masuk ke ladang warga demi mendapatkan makanan, tanpa peduli kondisi sekitar.

Rocky kemudian menyindir Pimpinan Unila yang dinilainya serupa dengan babi hutan di gunung Tanggamus, yakni bersikap apatis dan hanya peduli pada kekuasaan.

“Mungkin sekarang tak ada lagi babi hutan di Tanggamus, karena mereka pindah ke kampus,“ Ucap Rocky yang kemudian disambut riuh peserta.

Ia menyayangkan diskusi yang tak bisa dilaksanakan di kampus Unila, yang menurutnya merugikan nilai akademis di kampus.

“Coba bayangkan ada percakapan middle income trap di kampus Unila, jadi ada upaya untuk menghasilkan solusi semangat, gairah untuk berfikir agar bisa merangsang kampus-kampus,” lanjutnya.

Dalam diskusi tersebut, Rocky hadir bersama sejumlah pembicara lain, diantaranya; Saut Situmorang (Mantan Wakil Ketua Umum KPK 2014-2019), Refly Harun (Pakar hukum tata negara dan pengamat politik), Habil Marati (politikus), dan Rudi Antoni sebagai akademisi Lampung.

Diskusi tersebut membahas mengenai middle income trap dalam perekonomian nasional yang mengancam kemajuan indonesia.

Ketua BEM FEB, M. Reza Pratama (Manajemen’20) juga mengungkapkan kekecewaan mereka atas pelarangan kampus dalam diskusi tersebut. Ia mengatakan dirinya akan menghadapi apapun konsekuensi yang mengancam dirinya demi pelaksanaan acara tersebut.

“Kami dilarang karena kami dianggap melanggar prosedur, dan dekan mengambil hak progeratif sebagai Dekan (untuk melarang),” Ungkapnya.

Exit mobile version