Teknokra.co : Suara langkah kaki wanita yang kemudian berlari sambil berteriak “Aku tidak gila!”. Lalu wanita itu bersujud di tengah lingkaran cahaya lampu yang menyorotinya. Wanita ber-tengkuluk itu benar-benar memperlihatkan kepurukkannya yang selalu berdatangan tanpa silih berganti.
Itu lah sedikit gambaran salah satu dari tiga pertunjukkan teater kurusetra Monolog : Studi Keaktoran bertajuk “Wanci” dalam acara “Gebyar Wajah Baru”, persembahan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung (Unila), di Graha Kemahasiswaan Unila Lt.1 pada Sabtu, (22/7).
Monolog bertajuk “Wanci” karya Imas Sobariah yang diperankan oleh Nur Suci Romadhona itu, menceritakan tentang seorang wanita yang ingin keluar dari sebuah lingkaran takdir, yang telah turun temurun diturunkan oleh keluarganya yang memiliki pekerjaan terlarang.
“Gebyar Wajah Baru” merupakan sebuah pengenalan seni teater bagi anggota baru UKMBS Unila. Tidak sekadar menampilkan seni dan teater, acara ini juga terdapat diskusi terkait pengalaman seniman kampus dan komunitas yang diundang.
Acara yang terselenggara selama 2 hari pada tanggal 21-22 Juli ini, juga tak henti dari tepukan tangan para penonton yang mengiringi pertunjukkan seni teater kurusetra Monolog : Studi Keaktoran.
Tak hanya “Wanci”, 2 monolog lainnya juga dipersembahkan oleh divisi teater dan sastra atau kurusetra UKMBS Unila dengan tajuk “Kasir kita” karya Arifin C. Noer yang diperankan oleh Pramudya Arya dan “Aeng” karya Putu Wijaya yang diperankan oleh Lentera Dzulqarnain.
Monolog dengan tajuk “Kasir kita” ini menceritakan tentang seorang pekerja kasir yang belum bisa move on dari mantan istrinya dan ingin berusaha melepaskan bayang-bayang kenangan dengan mantan istrinya.
Aktor yang memerankan teater monolog “Kasir Kita”, Pramudya Arya (Ilmu Tanah’22) menyampaikan tantangannya selama proses latihan selama 2 bulan, tepatnya akhir bulan Mei lalu.
“Kendala saya pribadi adalah dalam menghafal naskah yang lumayan banyak karna ini adalah teater monolog yang dilakukan satu orang,” ujarnya.
Persembahan terakhir ditutup oleh monolog bertajuk “Aeng” yang berfokus pada pria tua yang berkeinginan hidup bebas dengan pola pikir yang berbeda dari kebanyakan orang.
Ketua Pelaksana, Aisyah Puspita Efendi (Ilmu Hukum’21) menuturkan alasan pihaknya membawa tema monolog “Studi Keaktoran”, merupakan bentuk proses pembelajaran dalam mendalami peran dalam teater monolog.
“Jadi dengan monolog kita bisa belajar keaktoran lebih dalam dengan proses monolog,” pungkasnya.