Wartawan Bergaya Novelis

368 dibaca

Peserta Kelas Sastrawi II sedang mengevaluasi tugas narasi yang diberikan pemateri

teknokra.co: Literary Journalism jadi pilihan terbaik bagi wartawan yang ingin menyajikan berita bergaya novelis.

Gaya penulisan terbaru ini memadukan sastra dan fakta. “Teknik ini mengharuskan wartawan meminjam mata sinematografi,” ujar Alfian Hamzah (Direktur Indopress & Koordinator Komportenen Sindo Weekly) dalam diskusi literary journalism di Kabupaten Kampar, Riau. Rabu (18/7).

Pada penulisan literary journalism, bagian yang paling penting ditulis sangat lambat dan sedetail mungkin. “Wartawan harus mencatat sedetail mungkin yang perlu, sebanyak mungkin merekam wajah, warna, ekspresi, tempat, dialog, konflik, drama, ironi, konteks,perspektif, dan masih banyak lagi,” jelasnya.

Ia juga menambahkan kunci literary journalism itu harus rajin membaca dan menulis, dan inti dari literary journalism adalah bercerita serta memikat.  Diskusi ini merupakan pemanasan bagi 23 peserta Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional  (PJTLN) kelas Sastrawai II yang digagas Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Bahana.

“Tulisan yang jelas itu  tidak membingungkan orang yang belum tahu, tapi tidak membosankan bagi orang yang sudah tau,” ujar Alfian mengenai  kaidah penulisan yang baik. Menulis haruslah jelas, ringkas, menghindari jargon, istilah teknis, akronim dan singkatan serta, menulis kalimat dan paragraf yang sederhana dengan kata kerja aktif.

“Tiga paragraf pertama harus berhasil menarik minat pembaca. Kalau tidak anda gagal,”ujar Alfian. Menurutnya menulis bukanlah sesuatu yang asing, melainkan  proses kehidupan. Mengangkat tema ‘Muara Takus Bernarasi’ acara ini diikuti oleh perwakilan LPM  Se-Indonesia hingga 23 Juli mendatang.

Laporan: Silviana

Exit mobile version