Webinar Unila Pecahkan Rekor Muri

Teknokra/ M. Rifqi Mundayyin
423 dibaca

Teknokra.co: Webinar nasional hasil kerjasama anatara Universitas Lampung (Unila) dan PT Sevima berhasil memecahkan rekor Muri. Catatan Rekor tersebut dicapai melalui partisipasi bersejarah terbanyak, yakni hadirnya 250 Rektor dan Wakil Rektor di seluruh indonesia serta 4000 partisipan dalam webinar tersebut.

Webinar yang diadakan pada Selasa (5/4) Tersebut mengangkat tema “Strategi Meningkatkan Jumlah Guru Besar dan Mempercepat Kenaikan Jabatan Fungsional Dosen”. Selain itu, Rektor Unila Prof. Karomani dan anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Prof. Djhohar Arifin Husin menjadi narasumber selama berlangsungnya acara.

Awan Rahargo, Senior Manager Muri yang melakukan penyerahan catatan rekor Muri secara simbolis kepada Rektor Unila mengungkapkan bahwa sebelumnya Unila telah beberapa kali mencatat rekor nasional.

“Ini adalah penghargaan yang ke-8 kalinya untuk Universitas Lampung, Muri pada hari ini mencatat sesuatu yang sifatnya superlatif atau yang terbanyak dalam kegiatan webinar nasional yang diikuti para Rektor dan Wakil Rektor Indonesia,” ungkapnya.

Lebih lanjut lagi, ia menegaskan bahwa Muri mendukung topik pembahasan yang diangkat dalam webinar tersebut.

Muri mendukung dan mengapresiasi apa yang diwujudkan oleh bapak Rektor Unila untuk proses percepatan para Dosen menjadi Guru Besar,” tegasnya.

Hal serupa juga diutarakan oleh Jaya Suprana, tokoh pendiri Muri yang menyampaikan ucapan selamat kepada Unila dan PT Sevima melalui video virtual.

“Promosi Guru Besar diperlukan untuk meingkatkan kualitas SDM di suatu perguruan tinggi, diperlukan perubahan ruang aktualisasi dosen untuk meningkatkan potensi dan bakat. Salah satunya adalah penetapan jumlah minimum penelitian dosen tanpa ada maksimum,” katanya.

Dalam pemaparan materinya, Prof. Djhohar Arifin Husin mengungkapkan berbagai permasalahan yang mempersulit proses dosen menjadi Guru Besar di Indonesia. Salah satunya adalah hambatan administratif yang ada.

Ia pun mendorong Kementerian untuk memberi otonomi kepada Perguruan Tinggi untuk menghasilkan Guru Besar tanpa campur tangan pusat. Menurutnya, hal tersebut merupakan salah satu perwujudan dari semangat “Kampus Merdeka”.

“Kita optimis Mendorong untuk menghasilkan guru besar dengan Memberikan otonomi atau kewenangan bagi kampus, percayalah kepada senat perguruan tinggi,” ujarnya.

Selain membahas permasalahan administratif, ia juga mengingatkan para akademisi untuk mengikuti pedoman penulisan jurnal dalam upaya meningkatkan jabatan fungsional.

“Jurnal kunci merupakan syarat khusus di Dikti. Ini harus kita jaga jangan sampai ada yang menyimpang dari pedoman yang ada,” lanjutnya.

Rektor Unila, Prof. Karomani yang tahun lalu berhasil meraih rekor Muri setelah mengukuhkan 15 Guru Besar Unila, mengungkapkan bahwa ia setuju atas wacana perluasan otonomi kampus. Namun, menurutnya hanya kampus dengan Akreditasi tertentu yang layak diberi keleluasan menghasilkan Guru Besar.

“Tidak semua kampus bisa memproses guru besar, akreditasnya apa? Kalau semua kampus diberi (otonomi) nanti ada penurunan kualitas guru besar,” ujarnya.

Selama pemaparan materi, ia menceritakan pengalamannya berproses selama 5 tahun menjadi seorang Profesor, menurutnya hal tersebut sangat lama karena masalah administrasi. Ia pun mengungkapkan bahwa salah satu upaya yang ia lakukan untuk menambah Guru Besar di Unila adalah dengan menyampingkan kepentingan Pribadi.

“Saya punya diksi ‘jembar’, (artinya) selesai dengan diri sendiri apalagi kalau di perguruan tinggi rektor itu jabatan politis, ada kubu-kubuan. Kalau tidak jembar, (jika) dia bukan pendukung kita maka habis dia,” tuturnya.

Selain itu, Ia pun mengingatkan agar semua pihak di Kampus mempercapat proses menghasilkan Guru Besar.

“Pimpinan semuanya menjadi kapten lapangan, artinya betul-betul memastikan proses guru besar itu berjalan sesuai harapan,” Pungkasnya.

Exit mobile version