Hambat Kanker dengan Mikroalgae

286 dibaca

Mikro Algae Hambat Kanker

 

Memiliki iklim tropis dan kaya akan diversity membuat Indonesia semakin dilirik. Tanaman alga misalnya, sangat mudah dijumpai di daerah beriklim tropis baik dia air tawar maupun air laut. Hal tersebut lah yang membuat Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) jurusan kimia melakukan play reset (pene­litian) mengenai tanaman alga laut. Menurut Andi Setiawan setelah dilakukan penelitian, ternyata tanaman alga dapat dijadikan sebagai suplemen dan pencegahan kanker. Kandungan nutrisi yang dimiliki alga terbilang cukup lengkap seperti, air (27,8%), protein (5,4%), karbohidrat (33,3%), lemak (8,6%) serat kasar (3%) dan abu (22,25%). Selain karbohidrat, protein, lemak dan serat, rumput laut atau alga juga mengandung enzim, asam nukleat, asam amino, vitamin (A,B,C,D, E dan K), makro mineral seperti nitrogen, oksigen, kalsium dan selenium serta mikro mineral seperti zat besi, magnesium dan natrium.

Spirolina sp. dan Dunalaila sp. adalah jenis alga yang sering dimanfaatkan sebagai suplemen antikanker , antitumor, serta dapat dijadikan sebagai suplemen kesehatan kulit. “Salah satu kelebihan dari Spirolina sp. adalah kandungan proteinnya yang sangat tinggi”, ujar Mifta salah satu mahasiswa Kimia. KeunggulanSpirolina sp. dan Dunaila sp. sebagai sumber protein adalah kadarnya yang tinggi dengan kandungan lemak yang rendah tanpa kolesterol.

Penelitian yang Andi kembangkan ini ini melibatkan mahasiswa S2 dan S1 Fakultas MIPA dan SMK Negri Unggul Terpadu . Sumber Dana dari penelitian ini sendiri dari dana hibah kompetensi Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti), MP3EI dan dana dari Jepang . Pengolahan Alga dapat menelan biaya hingga 20-30 Milliar, biaya yang paling mahal sendiri untuk sewa lahan. Namun dibanding manfaat yang diperoleh, biaya tersebut dapat dibilang lebih efisien dan relative murah.

Pengolahan alga laut ini dapat dilakukan dengan cara dikeringkan menggunakan oven atau dijemur kemudian di buat dalam bentuk kapsul atau dapat juga dengan diambil sari atau ekstraknya. Agar dapat memproduksinya dibutuhkan kurang lebih 10 hektar lahan dalam membudidayakan tanaman tersebut , selain itu alat yang dibutuhkan seperti kincir air (sirkulasi air) , penutup , dan alat penyaring (filtrasi) juga dibutuhkan dalam pemrosesan alga menjadi suplemen. Perkembang biakan mikroalga jenis Spirolina sp. dan Dunalaila sp. dapat dipercepat dengan proses kultivasi. Cara ini adalah teknik untuk menumbuhkan mikroalga dalam lingkungan tertentu yang terkontrol. Prosesnya dengan menambahkan pome (limbah sawit) pada air laut yang telah disterilisasi me­nggunakan autoclave. Selain air laut, alat yang digunakan dalam mempercepat perkembangbiakan mikroalga ini juga sebelumnya disterilisasi. Setelah itu memasukkan media pome dan air laut pada tabung , kemudian mengalirinya dengan gas oksigen dari Aerator melalui selang, lalu didiamkan selama beberapa minggu sampai warna air laut yang tadinya keruh menjadi hijau. Warna tersebut menandakan bahwa mikroalga telah berkembang biak. Setelah itu antara filtrat dan endapan (sari) dari mikroalganya dipisahkan. Endapan yang dipisahkan dapat diambil dan dimanfaatkan sesuai kebutuhan.

Mudah diproduksi dan dibudidayakan adalah kelebihan dari olahan alga menjadi kapsul herbal suplemen. Selain itu manfaat untuk mengahambat munculnya penyakit kanker pada tubuh juga menjadi nilai tambah daya tarik alga. Sulitnya melindungi produk dari kontaminan menjadi hambatan penelitian andi, selain itu mahalnya biaya yang diperlukan untuk sewa lahan juga patut menjadi pertimbangan. “Harapan saya semoga Indonesia dapat mengembangkan dan memproduksi lebih banyak lagi mengenai suplemen dari tumbuhan alga ini”,ujar Pak Andi. “Dan mahasiswa serta pemuda-pemudi Indonesia pun dapat ikut berpartisipasi dalam mengembangkan inovasi ini,”ujarnya kembali.

 

Fitri Ardiani

Exit mobile version